Mentalitas generasi penerus Kota Bogor terancam semakin tergerus. Bukan hanya karena masih lapangnya peredaran minuman keras dan narkoba. Belakangan, mereka si putih merah (anak SD), si putih biru (anak SMP) dan si putih abu-abu(anak SMA), kian mudah mendapatkan kepingan DVD porno. Apalagi, kemasan film biru itu telah disulap dengan cover lebih "ramah". Seperti apa peredarannya?
-----
Sudah tiga bulan ini ponsel Nokia milik Mizan (36) sering menyeranta jelang siang. Dua sampai tiga pesan singkat bergantian menyesaki kolom inbox di ponsel berlayar monokrom tersebut. Isi pesan itu nyaris sama: sebuah orderan DVD porno.
“Mereka biasanya order DVD pukul 09:00-11:00. Nanti mereka akan mengambil DVD pesanannya beres Magrib,” jelas salah seorang penjual DVD bajakan yang biasa membuka lapak di depan kantor UPJ PLN Bogor Kota ini.
Mizan memang terus kebanjiran pesanan kepingan DVD porno belakangan ini. Itu setelah dia berhasil menginovasi cara menjualnya. Yakni dengan mengganti sampul DVD film biru ini dengan gambar lagu anak-anak. Sontak saja, pelajar SD, SMP dan SMA begitu tertarik membelinya. Karena sampulnya yang lucu itu berhasil mengelabui guru dan orangtua mereka. “Itu sesuai permintaan pasar,” tutur Mizan kepada wartawan Radar Bogor (Grup JPNN) yang pura-pura membeli DVD.
Lantaran banyaknya peminat, hukum ekonomi pun berlaku. Mizan sengaja mengetok harga empat kali lebih mahal dari harga wajar DVD bajakan. Per keping, dia hargai Rp20 ribu. Dalam sehari, pria asal Banyuwangi ini mampu meraup omset Rp300 ribu sampai Rp500 ribu. Atau bila dirata-ratakan, 15-25 keping video porno berhasil dia tebar ke anak-anak.
“Saya memang baru tiga bulan ini berjualan DVD porno dengan modus ini. Paling banyak memang anak remaja,” tukasnya. Ketika ditanya dari mana dia mendapatkan pasokan film-film blue itu, Mizan mengaku mendapatkannya dari seorang rekan yang berjualan di Glodok, Jakarta Barat.
Mizan menolak dikatakan sebagai penipu, karena menjual DVD porno berlabel lagu anak-anak. “Saya melakukannya karena banyaknya permintaan anak-anak sekolah,” imbuhnya.
Yang membuat miris, ada sekitar sepuluh Mizan di sepanjang Jalan Kapten Muslihat. Bila mereka bebas menjual bebas DVD porno layaknya Mizan, maka sehari ada 250 DVD porno yang mengalir ke tas para pelajar. Ini sungguh ironis.
Menanggapi fenomena itu, pemerhati anak, sosial dan pendidikan, Jeanie Chamidi Ibrahim mengaku prihatin. Karena keberadaan DVD porno sangat merusak psikis anak.“Cepat atau lambat, sang anak kalau sudah melihat atau menonton blue film, psikologinya akan rusak,” imbuhnya.
Jeanie mengharapkan peran Pemerintah Kota (pemkot) Bogor dan aparat penegak hukum untuk lebih intens melakukan pengawasan. “Jelas hal ini harus segera diatasi, jangan tunggu sampai moral anak-anak tambah rusak,” harapnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan, Didin Saefuddin Buchori juga meminta pemerintah dapat berlaku tegas. Karena peredaran video porno bakal merusak akhlak generasi muda. Sementara, sistem belajar di Tanah Air ini baru sebatas mentransfer ilmu.
Jika ini tidak disikapi serius, sambung mantan Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, maka budi pekerti siswa bakal tergerus hebat. “Bukan hanya guru, orang tua juga memiliki peranan untuk mengawasi anak-anaknya,” cetusnya.
Sementara itu, Kabid Penegak Peraturan Daerah (Gakperda)Satpol PP Kota Bogor, Priyatna Syamsah mengaku baru tahu hal ini. Dia berdalih, penjualan DVD porno berlabel lagu anak-anak merupakan modus baru. Priyatna berjanji, jajarannya akan melakukan pengawasan di sejumlah titik-titik penjualan DVD. Jika informasi itu benar, lanjut dia, pihaknya segera melakukan sweeping. “Saya juga baru tahu, untung diberikan informasi. Kami segera melakukan razia,” tukasnya.
Sumber:
http://www.jpnn.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar