Dewasa ini, dakam hampir semua konser jenis musik “heavy metal”, seseorang dapat mendengar para penonton didorong untuk memperkosa dan membunuh atas nama Setan. Lirik lagu-lagi seperti itu adalah tipikal yang sering tidak kita sadari eksis disekitar kita:
“Kami datang dengan tiba-tiba melalui badan anda
Perkosa jiwa tanpa daya Anda
Rubah diri Anda menjadi sesosok makhluk
Tidak kenal ampun dan dingin
Kami memaksa Anda untuk membunuh saudaramu
Minum darahnya dan makan otaknya
Iris-iris dagingnya dan hisap tulangnya
Hingga semua orang gila
Kami penyebab kematian dan penoda
Legion Setan tersebar luas – menang
“DEMONS” oleh Rigor Mortis
Dewasa ini orangtua yang mencintai anak-anaknya akan dikejutkan ketika mengetahui bahwa anak-anak mereka dengan penuh hasrat mendengarkan lagu-lagu aliran Setan. Mungkin, beberapa orang berpikir secara pribadi, “Seandainya kita bisa kembali kepada ‘kenangan masa lalu,’ dengan musik the Beatles.” Sedikit saja orang yang mencurigai, padahal the Beatles yang dianggap tak bersalah itu, mereka merupakan pelaku pembuat masalah paling awal.
Musik modern elektronic-rock, yang dimulai pada awal tahun 60-an, penyelenggaraannya selalu gabungan perusahaan antara dinas intelijen militer Inggris dengan para pemuja Setan. Dipihak lain, para pengikut Setan mengendalikan kelompok musik rock utama melalui narkoba, seks, ancaman kekerasan dan bahkan pembunuhan. Di sisi lain, publisitas, tour dan rekaman dibiayai oleh perusahaan rekaman yang terhubung dengan lingkaran dinas intelijen militer Inggris. Kedua-duanya dengan intimnya menjalin bisnis terbesar di dunia, yaitu perdagangan narkotik internasional.
Apa yang disebut sebagai “bintang rock” sebenarnya adalah boneka-boneka yang menyedihkan yang dinaikkan dalam sebuah skema yang jauh lebih besar. Dari saat pertama mereka menerima royalti rekaman perdananya, kelompok pemusik ini terbenam jauh ke dalam narkoba. Sebagai contoh, “bintang-bintang” yang mendapat banyak piagam seperti John Lennon dari the Beatles dan Keith Richard dari the Rolling Stones, adalah pecandu heroin. Ketika Keith Richard mengajukan permohonan visa Amerika, ia diharuskan melakukan transfusi darah untuk mengganti keseluruhan suplai darahnya yang sudah terikat dengan heroin. (Tony Sanchez, Up and Down with the Rolling Stones, p.319)
Para “bintang rock” juga sepenuhnya kreasi media. Citra publik mengenai mereka, demikian pula dengan musiknya, direkayasa dari balik layar oleh para pengendalinya. Sebagai contoh, ketika the Beatles pertama kali tiba di Amerika Serikat pada tahun 1964, di bandara mereka dikerubutin oleh ratusan anak-anak perempuan belasan tahun sambil menjerit-jerit. Pers nasional dengan segera mengumumkan berita itu bahwa “Beatlemania” telah menyerbu Amerika Serikat. Tetapi sebenarnya semua anak wanita belasan tahun itu dijemput dari sebuah sekolah wanita di Bronx, dan dibayar oleh penyelenggara the Beatles sebagai upah jeritannya.
Uang milik kelompok rock tahun 1960-an yang dalam beberapa kasus jumlahnya mencapai ratusan juta dolar, juga sepenuhnya di bawah kendali dari sekumpulan penyelenggara yang terhubungkan satu dengan yang lainnya. Dari tahun 1963 sampai dengan tahun 1970, the Rolling Stones mengantongi lebih dari 200 juta dolar, namun semua anggotanya hampir bankrut. Tidak satupun dari mereka mengetahui kemana uang mereka perginya.
Dari tahun 1963 dan 1964 the Beatles dan the Rolling Stones mengadakan tour di Eropa Barat dan Amerika dalam rangka menyerang kultur di kedua wilayah tersebut. Invasi kultur dari Inggris sudah direncanakan dengan matang dan dalam waktu yang sesuai. Orang-orang Amerika baru saja mengalami goncangan atas terjadinya pembunuhan terhadap Presiden John F. Kennedy, sementara dijalanan Washington D.C. massa yang jumlahnya 500.000-an orang baru saja mengadakan pawai dalam rangka menuntut kebebasan sipil, dipimpin oleh Martin Luther King. Musik rock digunakan sebagai alat counterculture, senjata untuk menghancurkan gerakan politik seperti itu.
Kemudian pada tahun 1968 dan 1969, tahun-tahun yang merupakan serangan massal terhadap mahasiwa dan buruh di Amerika Serikat dan Eropa, dimana konser terbuka musik rock digelar secara besar-besaran yang digunakan untuk menghadang meningkatnya rasa tidak puas rakyat. Konser rock diupayakan sebagai alat untuk melibatkan massa kedalam narkoba dan seks bebas yang bertentangan dengan kultur. Bagi jutaan orang yang menghadiri konser ini, disediakan dengan bebas ribuan tablet obat yang merangsang halusinasi termasuk LSD. Obat-obatan ini dimasukkan kedalam minuman dengan diam-diam seperti kedalam Coca-Cola, yang membuat beribu-ribu korban yang tidak pernah menaruh curiga, mengoceh diluar kesadarannya. Banyak juga yang melakukan bunuh diri.
Kurang dari setengah abad lalu, anak-anak muda kita mempelajari biola dan piano, belajar tentang komposer klasik besar seperti Bach, Mozart, dan Beethoven. Seperti yang akan kita lihat, perusahaan rekaman yang sama yang dewasa ini mempromosikan jenis musik aliran Setan, “heavy metal” rock, telah menjalankannya secara rahasia dengan maksud untuk menghancurkan warisan budaya musik dari komposer musik klasik yang besar ini.
Selama masa tigapuluh tahunan yang lalu, Masyarakat Barat berada di bawah todongan senjata berupa perang terhadap budaya yang sudah direncanakan secara hati-hati, dengan tujuan untuk mengeliminasi peradaban Judeo-Christian seperti yang kita kenal. Rencana ini tidak akan berhasil. Oleh karena itu, para pembaca sebaiknya memerangi Setan ini, marilah kita tengok ke masa tiga puluh tahunan silam, ketika empat orang anak laki-laki tidak bersalah dari Liverpool, Inggris, the Beatles, yang baru saja memulai tugasnya.
Membentuk the Beatles
The Beatles pertamakali tampil pada akhir tahun 1950-an di klub musik jazz di Inggris serta Jerman Barat. Klub-klub seperti ini letaknya selalu dibagian kota yang “merah”, berfungsi sebagai sebuah daerah pelacuran dan sirkulasi obat-obatan. Penulis biografi the Beatles, Philip Norman menulis: “Satu-satunya keterikatan mereka secara reguler adalah dengan sebuah klub strip. Pemilik klub membayar mereka sepuluh shilling setiap memainkan gitarnya, sementara seorang stripper bernama Janice melemparkan bajunya kehadapan pelaut dan pebisnis serta pengunjung tetap dengan jas hujan yang menutupinya.” (Philip Norman, Shout! The Beatles in Their Their Generation, p. 81)
The Beatles dapat terobosan besar pertama di Jerman pada bulan Agustus 1960, ketika mereka mendapatkan tawaran bermain di sebuah klub jazz di daerah Reeperbahn, sebuah tempat terkenal karena nama buruknya di Hamburg. Menggambarkan daerah tersebut Norman menuliskan, “jendela dengan nyala lampu merah berisi wanita pelacur dari tiap jenis, dengan pakaian pesta, topeng, semua umur dari nymphet – (PSK 14-19 tahun) sampai kepada nenek-nenek … Segalanya bebas. Segalanya mudah. Seks juga mudah … Ini disediakan untuk Anda.” (Philip Norman, Shout! The Beatles in Their Generation, p. 91)
Jauh dari gambaran tidak bersalah, the Beatles, bahkan dalam penampilan pertama mereka sudah mabok obat-obatan yang disebut Preludin, “mulut John (Lennon) membusa, dia juga masih mempunyai banyak di dalam kantung saku celananya … John, menjadi mata gelap di atas pentas, berjingkrak-jingkrak dan bergulingan … Namun faktanya pendengar tidak bisa memahami kata apa yang diucapkannya, John memprovokasi meneriakkan `Sieg Heil!’ dan `F____ing Nazi’ dimana pendengarnya merespon secara berbeda, ada yang mentertawakan dan aga juga yang bertepuk tangan.” (Philip Norman, Shout! The Beatles in Their Generation, pp. 152,91)
Diluar panggung, the Beatles seperti Setan. Norman melanjutkan, “sewaktu di Hamburg, John, setiap hari Minggu akan berdiri di balkon, mengejek orang yang rajin ke gereja yang berjalan menuju ke gereja St. Joseph’s. Dia menuangkan air yang sudah dicampur dengan kontrasepsi ke atas patung Jesus dan menggantungkannya agar dilihat oleh orang-orang yang rajin pergi ke gereja. Sekali waktu ia buang air kecil ke atas kepala tiga orang biarawati yang lewat di bawah balkon.”(Philip Norman, Shout! The Beatles in Their Generation, p. 152)
Sewaktu berada di Hamburg pada bulan Juni 1962, the Beatles menerima sebuah telegram dari manajer mereka, seorang homoseks bernama Brian Epstein, yang sudah kembali ke Inggris. “Selamat,” Pesan Epstein kepada the Beatles. “EMI meminta sebuah sesi rekaman.” EMI adalah sebuah perusahaan rekaman terbesar di Eropa, dan peran mereka merupakan kunci dalam mempromosikan the Beatles di kemudian hari.
Di bawah panduan ketat direktur rekaman EMI, George Martin dan managernya Brian Epstein, the Beatles didandani dan diberikan gaya rambut yang menajdi khas the Beatles. EMI Martin menciptakan the Beatles di dalam studio rekamannya.
Martin adalah seorang guru musik klasik dan telah mempelajari oboe (sejenis seruling) serta piano di London School of Music. The Beatles tidak bisa membaca musik maupun memainkan instrumen apapun selain dari pada gitar. Untuk Martin, the Beatles musicianship adalah satu lelucon yang tidak baik. Pada album rekaman pertamanya yang menjadi hit, “Love Me Do,” Martin menggantikan Ringo pada drum dengan sebuah studio musik. Martin mengatakan bahwa Ringo “tidak bisa memainkan drum, menggantikannya untuk menyelamatkan hidupnya.” Sejak saat itu, Martin akan menangani dengan gampang untuk menyesuaikan the Beatles yang akan bersamanya serta menjadikan rekaman-rekaman mereka hit.
Tentang Lookwood dan EMI
EMI, singkatan dari Electrical Mechanical Instruments, dipimpin oleh seorang ningrat Inggris, yaitu Sir Joseph Lockwood, dan merupakan salah satu produsen elektronik paling besar untuk keperluan militer Inggris. Martin adalah direktur cabang EMI, Parlophone. Dalam pertengahan tahun 60-an, EMI yang sekarang disebut Thorn EMI, membentuk sebuah divisi musik yang karyawannya berjumlah 74,321 orang, hasil penjualan setiap tahunnya mencapai $3.19 milyar. EMI juga merupakan anggota kunci intelijen militer Inggris.
Setelah Perang Dunia II, pada tahun 1945 EMI Produksi Eropa dipimpin oleh Walter Legge, ia membuat lusinan kontrak dengan musisi dan penyanyi klasik Jerman yang sedang bulur, namun pada hakekatnya mengambil alih kontrol rekaman musik klasik, Para musisi klasik yang seharusnya memelihara dan menampilkan tradisi Beethoven dan Brahms, disingkirkan, sementara mantan anggota “Nazi Party” dipromosikan. Legge menandatangani kontrak dan merekam musik klasik seorang mantan anggota Nazi, Herbert Von Karajan, mempromosikan statusnya menjadi superstar, sementara konduktor besar seperti Wilhelm Furtwangler diabaikan.
Dari awal, EMI membuat mitos mengenai the Beatles’ dengan mempopularitaskan secara besar-besaran. Pada bulan Agustus 1963, dalam penampilan pertama di televisi utama mereka di London Palladium, ribuan penggemarnya diduga rusuh. Hari berikutnya setiap surat kabar di Inggris Raya di halaman depannya memuat gambar dan berita yang menyatakan bahwa “Polisi melerai untuk menahan 1,000 orang remaja yang berteriak-teriak.” Namun, gambar yang ditampilkan pada setiap surat kabar yang dapat dilihat dari dekat ternyata hanya tiga atau empat orang saja “remaja yang berteriak-teriak” Menurut seorang juru kamera yang berada di tempat kejadian, mengatakan bahwa itu cerita tipuan. “Tidak ada kekacauan di sana. Saya berada disana. Kami melihat delapan anak perempuan, bahkan kurang dari delapan.” (Philip Norman, Shout! The Beatles in Their Generation, p. 188)
Pada bulan Pebruari tahun 1964, mitos the Beatles memukul Amerika Serikat, lengkap dengan kekacauan yang direkayasa di Kennedy Airport. Untuk memulai perjalanan keliling pertama the Bratles, media membuat ceritera sebagai salah satu kejadian yang penontonnya paling banyak sepanjang sejarah. Dalam dua minggu berturut-turut yang belum pernah terjadi sebelumnya, pada acara Ed Sullivan Show, lebih dari 75 juta orang Amerika menonton the Beatles sambil menggoyangkan kepala dan badan mereka, dengan gaya ritus, yang tidak lama kemudian ditiru oleh ratusan kelompok band rock.
Sekembalinya ke Inggris, the Beatles mendapat penghargaan dari aristokrasi Inggris yang menilai mereka bekerja sangat baik. Pada bulan Oktober 1965, keempat personel the Beatles dilantik menjadi anggota Ordo Chivalry – the Order of Chivarly – yang secara pribadi dianugerahi anggota kehormatan Kerajaan Inggris oleh Ratu Elizabeth di istana Buckingham.
Up from the Dregs: The Rolling Stones
Dewasa ini penghargaan atas keaslian musik “heavy metal rock” yang jelas merupakan aliran Setan, beralih kepada kelompok musisi Inggris, the Rolling Stones. Naiknya keberuntungan mereka berhubungan erat dengan apa yang diraih oleh the Beatles.
The Stones, sebagaimana mereka menyebutnya, secara luas berkarakteristik seperti pasangannya the Beatles. “The Stones” “berarti,” “kotor” dan “suka menentang,” sedangkan the Beatles adalah rapi “Fab Four.” Meskipun nampaknya pesaing, kedua-duanya sama, dua sisi dari operasi yang sama. Lagu hit pertama The Rolling Stones’ sebenarnya ditulis oleh the Beatles, dan adalah anggota the Beatles, George Harrison yang menyiapkan aransemen untuk kontrak rekaman pertamanya.
Dengan mengikuti rencana permainan yang sama sebagaimana dilakukan oleh the Beatles, dalam musim semi pada tahun 1963, the Rolling Stones muncul dalam sebuah pertunjukan televisi keluarga yang paling populer di Inggris, yaitu Thank Your Lucky Stars. Hanya waktu ini, reaksi oleh penonton setengah baya sangat berbeda dibandingkan terhadap the Beatles. Ratusan surat yang berisi kemarahan dikirim, dengan khas menyatakan “Adalah memalukan dimana orang canggung berambut gondrong seperti ini diizinkan untuk tampil di televisi. Kemunculan mereka benar-benar menjiijikkan.”
Programnya bagaimanapun juga telah memberikan efek persis seperti direncanakan. Manajer The Rolling Stones’, Andrew Oldham merespon dengan bangganya. “Dia mengatakan bahwa kelompok the Rolling Stones akan membuat Anda persis bertolak belakang dengan baik, bersih, rapih seperti the Beatles. Dan semakin orang tua membenci Anda, anak-anak akan semakin mencintaimu. (Tony Sanchez, Up and Down With the Rolling Stones, p.17)
Pada tahun 1964, the Rolling Stones muncul dalam acara Ed Sullivan Show, sebagaimana dilakukan oleh the Beatles sebelumnya. Meskipun saat itu penggemar the Rolling Stones merusak gambar pemandangan di studio televisi dengan merobek-robeknya. Sullivan mengatakan setelah kejadian itu, “Saya berjanji kepada Anda, mereka tidak akan pernah kembali dalam acara kita. “Namun, publisitasnya persis seperti yang diinginkan. Dalam beberapa bulan saja, rekaman the Rolling Stones terjual jutaan kopi.
Rencananya saat ini adalah menggunakan keduanya, baik the Beatles maupun the Rolling Stones sebagai alat untuk merubah keseluruhan generasi menjadi pengikut-pengikut berhala dari the New Age, para pengikutnya dapat dibentuk menjadi kader gerakan Setan di masa mendatang dan menyebarkannya di sekolah-sekolah kita, pelaksana hukum dan pimimpinan politik.
Enter Satan
Dalam sebuah buku berjudul “The Ultimate Evil”, ditulis oleh pengarang-penyelidik Maury Terry menuliskan bahwa antara tahun 1966-1967, pemuja Setan dari the Process Church, “mencari the Rolling Stones dan the Beatles untuk direkrut” Selama perioda ini, Terry melaporkan bahwa sebuah foto Marianne Faithfull, pacar lama pimpinan the Rolling Stones, Mick Jagger muncul dalam satu penerbitan the Process Magazine. Pose gambarnya terlentang, seolah-olah mati, sambil menggenggam setangkai bunga mawar. Terry melanjutkan lagi mengenai pemujaan the Process Church dalam berbagai pembunuhan Charles Manson and Son of Sam. Adalah mantan pengacara the Process Church, John Markham yang baru-baru ini melaksanakan pengadilan tertutup melawan Lyndon LaRouche.
Sebuah mata rantai kunci antara the Rolling Stones dan the Process Church adalah Kenneth Anger, seorang pengikut “pendiri” aliran Setan modern, Aleister Crowley. Anger dilahirkan pada tahun 1930, dengan seorang anak yang menjadi bintang film Hollywood, sebagai seorang murid setia Crowley.
Crowley dilahirkan pada tahun 1875 dan disebut sebagai “Great Beast.” Dia diketahui mempraktekan ritus pengorbanan anak secara teratur, dalam perannya sebagai imam tinggi Setan atau “Magus.” Crowley mati pada tahun 1947 sebagai akibat komplikasi dari kecanduan heroin yang sangat besar. Sebelum mati, dia berhasil mendirikan Satanic covens di banyak kota di Amerika Serikat, termasuk di Hollywood. Anger, seperti juga Crowley, adalah seorang Magus, dan tampak sebagai ahli waris Crowley.
Anger baru berusia tujuhbelas tahun ketika Crowley mati. Pada tahun yang sama, 1947, Anger telah memproduksi dan menyutradarai film. Produksi filemnya dinilai oleh standar perfileman masa kini, karyanya berbau setan murni.
Selama tahun 1966-1967, ketika the Process Church dilaporkan untuk melakukan perekrutan di London, Anger juga tampil di depan umum. Pengarang Tony Sanchez menggambarkan the Rolling Stones’, Mick Jagger dan Keith Richard, termasuk pacar mereka Marianne Faithfull serta Anita Pallenburg, “mendengarkan dengan terpesona sewaktu Anger menyesuaikan gelombang mereka ke dalam energi dan ide-ide Crowley.” (Tony Sanchez, Up and Down With the Rolling Stones, p.155)
Sementara itu di Inggris, Anger membuat film yang didekasikan kepada Aleister Crowley, dengan judul Lucifer Rising. Film tersebut membawa bersama-sama the Process Church, pemujaan the Manson Family dan the Rolling Stones. Musik untuk film tersebut dikomposisikan oleh Mick Jagger. Pengikut the Process Church, Marianne Faithfull sedang melakukan perjalalan ke Mesir untuk berpartisipasi dalam penggambaran sebuah film, a Black Mass. Peran Lucifer dimainkan oleh seorang gitaris dari sebuah kelompok musik rock California, Bobby Beausoleil. Beausoleil adalah salah seorang anggota the Manson Family, dan pasangan homoseks Anger.
Setelah beberapa bulan pembuatan film di bawah arahan Anger di Inggris, Beausoleil kembali ke California untuk melakukan rangkaian pertama pembunuhan mengerikan keluarga Manson. Beausoleil kemudian ditangkap dan menjalani hukuman seumur hidup di penjara bersama-sama dengan Manson. Setelah kehilangan bintang pertunjukkannya, Anger kemudian meminta Mick Jagger untuk memainkan peran Lucifer. Dia pada akhirnya menetapkan Anton La Vey, pengarang the Satanic Bible dan kepala Gereja Setan Pertama – the First Church of Satan – untuk memainkan peran sebagai Lucifer. Filmnya diedarkan dalam tahun 19169 dengan judul Invocation To My Demon Brother.
Di London, Anger berhasil merekrut Anita Pallenberg, salah seorang pacar the Rolling Stones menjadi pengikut Setan. Pallenberg bertemu dengan the Rolling Stones pada tahun 1965. Dia dengan segera memulai hubungan seksual dengan tiga dari kelima personel the Rolling Stones.
Anger memberikan komentar kepada Anita, katanya, “Saya percaya bahwa Anita, menginginkan sebuah kata yang lebih baik, ahli sihir wanita … Seorang tukang sihir … Satuan okult didalam the Rolling Stones adalah Keith dan Anita…dan Brian. Anda paham, Brian adalah ahli sihir juga.”
Salah seorang dari teman kelompoknya, Tony Sanchez, menulis mengenai Pallenberg dalam bukunya, “Up and Down with the Rolling Stones”, “Dia kerasukan black magic dan mulai membawa sebuah untaian bawang putih yang dibawanya kemana-mana — sampai ke tempat tidur — untuk melindungi diri dari vampir-vampir penghisap darah. Dia juga mempunyai sebuah alat aneh kuno yang misterius untuk mengocok air suci yang dia gunakan sebagiannya untuk ritus-ritus agamanya. Upacara yang dilakukannya menjadi semakin rahasia, dan dia memperingatkan saya untuk tidak menyela sama sekali ketika dia membacakan sebuah mantera.(Tony Sanchez, Up and Down WIth the Rolling Stones, p.159)
Dia melanjutkan, “Di dalam kamar tidurnya dia menyimpan sebuah patung berbentuk dada yang sangat besar yang terukir dan banyak hiasan, yang dijaganya dengan ketat, saya mengira patung itu tempat menyembunyikan narkobanya. Pada suatu hari ketika rumah kosong, saya memutuskan untuk mengintip sebentar ke dalam. Saya periksa lacinya yang dipenuhi dengan carikan tulang, kulit dan bulu berkerut binatang-binatang aneh.” (Tony Sanchez, Up and Down With the Rolling Stones, p.159)
Pada tahun 1980, penjaga rumah Keith Richard yang berusia 17 tahun di New England Estate ditemukan mati ditembak di atas tempat tidur Anita Pallenberg. Kematian disebabkan bunuh diri dengan menggunakan senjata Pallenberg. Letak rumah Keith Richard berada di dekat East Cost, kantor pusat the Process Church.
Menurut sebuah tulisan dalam koran Inggris Midnite, seorang pejabat polisi Connecticut, Michael Passaro, yang diberitanggung jawab mengenai kasus “bunuh diri” tersebut, melaporkan mendengarkan “nyanyian aneh” dari hutan yang jaraknya seperempat mil dari rumah Keith Richard.
Selanjutnya masih menurut koran Midnite, “Di wilayah tersebut telah berlangsung beberapa kali ritus agama aneh pengikut Setan selama kurun waktu lima tahunan ini. Seorang wartawan lokal menegaskan mengenai perjangkitan okultisme yang ‘berharga untuk orang menarik Asamya’. – to ‘rich people taking Acid.’
Pada tahun 1967, dalam merefleksikan hubungannya dengan Anger dan the Process Church, the Rolling Stones mengeluarkan album rock pertama mereka yang secara terbuka memuji Setan, dengan judul, Their Satanic Majesties Request – Permintaan Setan Yang Mulia. Beberapa bulan sebelumnya, the Beatles telah mengeluarkan album pertama mereka yang didedikasikan untuk mempromosikan obat-obat bius psikedelik – psychedelic drugs, yang berjudul Sargeant Pepper Lonely Hearts Club Band. Albumnya berisi sebuah versi fantasi dari sebuah perjalanan LSD, disebut “Lucy in the Sky with Diamonds”, atau L.S.D. untuk menyingkatnya. Dan albumnya menjadi top seller.
Jelas sekali, album the Beatles didedikasikan kepada Aleister Crowley, pengikut Setan. Albumnya dikeluarkan setelah 20 tahun menjelang hari kematian Crowley pada tahun 1947, dan lagunya dimulai dengan lirik, “Hari ini dua puluh tahun yang lalu…” Cover albumnya menampilkan gambar Crowley.
Satu bulan setelah albumnya dikeluarkan, the Beatles mengejutkan dunia dengan mengumumkan di depan umum bahwa mereka secara teratur memakai LSD. Anggota the Beatles, Paul McCartney, dalam sebuah wawancara dengan majalah Life mengatakan, “LSD membuka mata saya. Kita hanya menggunakan sepersepuluh dari otak kita.” Mereka juga di depan umum menuntut supaya melegalkan pemakaian ganja.
Kucing saat ini sudah keluar dari karung, protes sedikit dan minor. Di Inggris, BBC melarang pemutaran lagu “A Day in the Life,” dan di Amerika Serikat, Gubernur Maryland, Spiro T. Agnew yang kemudian terseret skandal Watergate, meluncurkan kampanye melarang lagu “Lucy in the Sky With Diamonds.”
Tidak diragukan lagi Aleister Crowley adalah seorang “guru” utama musik rock. Misi Crowley dalam hidupnya adalah menghancurkan Jesus Kristus dan Kristen, sementara mengagungkan perbuatan seks tidak wajar, obat bius, sihir dan Setan.
Aleister Crowley memuntahkan kebenciannya kepada Jesus Kristus dalam “The World’s Tragedy
“Saya tidak ingin berargumentasi mengenai doktrin Jesus, mereka dengan sendirinya telah menurunkan dunia kepada kondisi sekarang. Saya menganggap bahwa agama Kristen bukan hanya penyebab akan tetapi gejala dari perbudakan.” (Aleister Crowley, World Tragedy, p. XXXIX)
“Agama itu mereka menyebutnya Kristen; Setan yang mereka hormati disebutnya Tuhan. Saya menerima definisi ini, sebagai seorang penyair yang harus melakukannya, jika dia semuanya dapat dimengerti ke zamannya, dan adalah Tuhan mereka serta agama mereka yang saya BENCI dan saya akan MENGHANCURKANNYA .” (Aleister Crowley, World Tragedy, p. XXXI)
Dalam bab pendahuluan The World’s Tragedy, Israel Regardie mengatakan:
“Ini panjang, hampir merupakan salah satu syair kepahlawanan yang paling pahit dan jahat berupa ejekan terhadap Kristen yang belum pernah saya membacanya.”
Ajaran Crowley yang paling terkenal adalah , “Do what thou wilt shalt be the whole of the law” yang menjadi “mantra” dalam revolusi obat bius, seks tidak wajar, dan anti Kristen pada tahun 60-an. “Lakukanlah apa yang Anda ingin lakukan” — “Jika itu di rasa baik, maka lakukanlah”.
THE BEATLES & CROWLEY
Menurut The All Music Guide, the Beatle’s Sgt. Pepper Album, “akan dikenal selamanya sebagai rekaman yang merubah rock and roll”. Majalah Time mengatakan, Sgt Pepper “tenggelam seluruhnya alam obat bius.” (Time, Sept. 26, 1967, p.62)
Dalam cover album Sgt. Pepper’s terlihat the Beatles dengan latar belakang, menurut Ringo Starr, “kita suka dan menghormatinya” (Hit Parade, Okt. 1976, p.14). Paul McCartney mengatakan mengenai cover album Sgt. Pepper’s, “. . . kami akan memasang semua foto PAHLAWAN kita di dinding . . .” (Musician, Special Collectors Edition, – Beatles and Rolling Stones, 1988, p.12)
Salah seorang dari pahlawan the Beatles yang terdapat dalam cover Sgt. Pepper’s adalah — orang jahat, Aleister Crowley ! Sebagian besar orang, terutama pada tahun 1967, bahkan tidak tahu siapa itu Crowley — tetapi the Beatles, lebih daripada sekedar tahu dan kenal.
Sgt. Pepper
“. . . kami akan memasang semua foto PAHLAWAN kami di dinding . . .”
Dengan jelas the Beatles sangat serius mengambil ajaran Crowley — anggota the Beatles, John Lennon dalam sebuah wawancara mengatakan “keseluruhan gagasan atau ide the Beatles” — adalah “do what thou wilt”: buah pikiran Crowley yang jahat
“Seluruh ide the Beatles adalah melakukan apa yang ingin dilakukannya, benar kan?. Untuk memegang tanggung jawab sendiri, lakukan apa yang anda ingin lakukan dan mencoba untuk tidak merugikan orang lain, benar kan? DO WHAT THOU WILST, selama hal itu tidak menyakiti seseorang. . .” (“Wawancara Interviews dengan John Lennon & Yoko Ono”, oleh David Sheff & G. Barry Golson, p. 61)
“Mereka SEPENUHNYA ANTI-CHRIST. Maksudnya, Saya anti-Christ juga, tetapi mereka juga anti-Christ mereka mengejutkan saya dengan sesuatu yang tidak ringan.” Derek Taylor, Press Officer for the Beatles (Saturday Evening Post, Aug. 8, 1964).
“Jesus El Pifico, seorang pemakan bawang putih – pengecut kecil bau busuk, seorang fasis manis mulut, anak haram Katholik orang Spanyol.”
(John Lennon, A Spaniard in the Works, p.14)
“Agama Kristen akan hilang, akan menciut dan lenyap. Saya tidak perlu berpendapat tentang itu. Saya benar dan akan terbukti kebenarannya. Sekarang kami lebih populer dibandingkan Jesus.” John Lennon (San Francisco Chronicle, April 13, 1966, p.26)
LED ZEPPELIN
Seorang murid Crowley yang paling tulus adalah gitaris Led Zeppelin, Jimmy Page. Page, bahkan ia membelikan Crowley sebuah “rumah giris” — “house of horrors” Boleskine, terletak di Lock Ness. Boleskine tempat Crowley melakukan “Sihir -Setan”, termasuk pengorbanan dengan darah. Crowley dikuburkan di dalam sebuah kamar gelap di Boleskine.
Ajaran yang paling terkenal Crowley “Do what thou wilt shalt be the whole of the law” – “Apa yang engkau ingin lakukan mennjadi keseluruhan aturan hidupmu”. Page mengukir di atas vinil album ketiga Led Zeppelin, Zeppelin III, “Do what thou wilt. So mete it Be.” Tanpa diketahui penonton, sesungguhnya selama berlangsungnya konser Zeppelin, Page melakukan ritus agama Crowley disela-sela konsernya.
OZZY OSBOURNE
Ozzy Osbourne menyebut Crowley seorang “phenomenon of his time” (Circus, Agustus, 26, 1980) Ozzy bahkan memenciptakan sebuah lagu untuk menghormati Crowley — Mr. Crowley:
. . . Anda mengelabui semua orang dengan sihir
Anda menunggu Setan memanggil . . .
Mr. Crowley, tidakah Anda ingin mengendarai kuda putih saya
Mr. Crowley – Ozzy Osbourne
Ozzy, dikenal sebagai orang yang tindakannya tidak dapat dikendalikan dan kejam, yang diakuinya sendiri dalam sebuah wawancara:
“Saya ingin benar-benar mengetahui mengapa saya melakukan sesuatu selama bertahun-tahun ini. Saya tidak tahu jika saya adalah seorang medium dari dunia lain. Apapun wujudnya, sebetulnya, Saya berharap tidaklah seperti apa yang saya pikirkan, ia adalah – Setan “. Ozzy Osbourne (Hit Parader, Feb., 1978, p.24)
THE DOORS
Jim Morrison, superstar the Doors, yang mati “secara aneh – misterius” pada tanggal 3 Juli, 1971 terlibat sangat dalam dengan okult. Sewaktu Morrison menikahi isterinya, sebuah ritus perkawinan Wicca mengesahkan pernikahan mereka, keduanya berdiri di atas gambar pentagram sambil meminum darah masing-masing.
Pada cover belakang album the Doors “13″, nampak kelompok the Doors berkumpul mengelilingi sebuah patung kepala Aleister Crowley.
Morrison mengakui bahwa Setan merupakan sumber ilham musiknya:
“Saya bertemu Spirit Musik. . . . Penampakkan Setan di sebuah kanal Venesia, Saya melihat Setan atau Satyr – makhluk setengah manusia setengah hewan yg kekal (kepercayaan Yunani/Romawi) , mendekat ke sampingku, sosok molek bayangan dari pikiran rahasia saya, . . .” (Lost Writings Jim Morrison, p. 36-38)
Ray Manaxrek dari the Doors, mengatakan mengenai Morrison:
“Dia bukan seorang pemain. Dia bukan seorang penghibur. Dia bukan seorang pemain sandiwara. Dia adalah seorang shaman – seorang dukun sihir. Dia dikuasai Setan. ”
“Sewaktu [Jim Morrison] tinggal di Chateau Marmont, dia menghabiskan beberapa malam biadab dengan seorang tetangga yang sehat dan riang . . . sekali waktu bangun dalam keadaan kusut dengan berlumuran darah setelah mereka berbagi gelas sampanye berisi darah masing-masing.” ( Pamela Des Barres, Rock Bottom, p. 208)
Banyak artis lainnya yang “mempelajari” ajaran Crowley seperti: Marc Bolan, David Bowie, Graham Bond, Sting, Daryl Hall, King Daimond, Bruce Dickinson, Stiv Bators, et al.
Menciptakan Counterculture
Tahun 1967 menandai sebuah peningkatan yang signifikan dalam memerangi secara terbuka budaya generasi muda Amerika Serikat. Tahun yang dimulai dengan banyaknya diselenggarakan konser rock terbuka. Dalam dua tahun pertama dan seterusnya, lebih dari 4 juta anak muda menghadiri serangkaian “festival” yang jumlahnya hampir selusin ini, mereka menjadi korban terencana, eksperimen obat bius besar-besaran. Obat bius hallucinogenic yang merusak pikiran seperti PCP, STP, dan LSD yang dipromosikan the Beatles, dengan bebasnya diedarkan dalam konser terbuka ini. Berjuta-juta peserta ini, setelah kembali ke rumah mereka masing-masing menjadi pembawa pesan dan penyelenggara kultur obat baru, atau apa yang dikenal sebagai “Zaman Baru – the New Age.”
Festival rock Pertama, “The First Annual Monterey International Pop Festival,” dihadiri oleh lebih dari 100,000 anak muda. Tujuan sebenarnya dari penyelenggaraan Monterey Pop adalah menyebarkan satu jenis obat bius baru, yang digolongkan sebagai psychedelics atau hallucinogens, seperti LSD. Di Monterey, beribu-ribu remaja belasan tahun dikenalkan kepada obat bius hallucinogenic baru.
Eksperimentasi pertama dengan LSD dimulai pada awal tahun 60-an, di Haight-Ashbury, bagian San Francisco. Proyek dijalankan oleh gabungan satuan tugas intelijen CIA-intelijen Inggris di bawah nama sandi MK-Ultra. Bagian dari proyek a.l. membagikan secara cuma-cuma 5,000 butir tablet LSD melalui sebuah komune yang dikenal sebagai Ken Kesey Merry Pranksters. Setelah LSD berpengaruh kepada pemakainya kemudian dipelajari dengan teliti.
“Kita harus selalu ingat dan berterima kasih kepada CIA dan Tentara untuk LSD. Itulah yang dilupakan orang. . .” (“The Playboy Interviews dengan John Lennon & Yoko Ono”, oleh David Sheff & G. Barry Golson, p. 123)
Kesey, seorang yang disebut “penyair” dan narapidana penjahat obat bius, menjadi terkenal dengan komunenya (Merry Pranksters), setelah mereka mengendarai bus yang di cat mengelilingi California, Merry Pranksters membagikan LSD-laced Kool Aid kepada orang-orang yang tidak menaruh curiga.
Efek LSD membuat korban menjadi gila, dan juga ketidak-mampuan untuk membedakan kenyataan dan halusinasi akibat penggunaan obat. Untuk kebanyakan orang, penyakit kejiwaan ini (juga disebut “perjalanan tidak baik – bad trip”) dapat berakibat dan telah terbukti pada melakukan bunuh diri. Ketika seorang diberikan LSD tanpa sepengetahuannya, kemampuan untuk berpenyakit jiwa akibat obat akan meningkat, dan biasanya korban menderita kerusakan pada otaknya secara permanen.
Organisator festival Monterey adalah John Phillips, anggota kelompok rock the Mammas and the Papas. Phillips, seperti yang akan kita lihat, adalah seorang penjual obat bius dan sangat dekat hubungannya dengan jaringan pengikut Setan di sekitar Charles Manson serta sutradara Roman Polanski.
Phillips ditunjuk sebagai formatur sebuah dewan komisaris dalam rangka mempromosikan dan membiayai konser. Anggota dewan dibuat bersama dengan sebuah jaringan intelijen Inggris dan pengikut Setan. Dewan komisaris adalah Andrew Oldham (manajer the Rolling Stones), pemimpin the Stones, Mick Jagger, the Beatles, Paul McCartney dan seorang teman Phillips, produser rekaman Terry Melcher, anaknya Doris Day.
Konser, termasuk panggung dan inovasi besar amplifier untuk menguatkan dan mengeraskan suara di luar ruangan dikerjakan oleh Phillips. Dan untuk pertama kalinya penonton Amerika dipertunjukkan secara terbuka menonton kelompok-kelompok pengikut Setan dari Inggris, seperti The Who, dan Jimi Hendrix. Di puncak penampilan mereka, The Who yang menjadi gila akibat pengaruh obat-obatan menghancurkan semua gitar, amplifier, dan drum mereka. Hendrix menstimulasikan masturbasi dengan gitarnya di atas pentas, sembari tampil dengan suara yang amat kencang.
Terjadi penggunaan obat bius secara terang-terangan dan besar-besaran. Pengarang Robert Santelli, dalam bukunya, Aquarius Rising , menulis ” Terdapat LSD yang berlimpah di Monterey. Tabs of `Monterey Purple’ yang secara sungguh-sungguh diberikan kepada siapapun yang diharapkan agar dapat melakukan sedikit eksperimen.” Polisi tidak melakukan penangkapan, dan mereka membuat persiapan lainnya untuk konser outdoor berikutnya.
Terdapat tujuan yang lebih kejam dalam operasi ini, yaitu yang terkait dengan MK-Ultra yang melibatkan pemanfaatan orang-orang pengikut Setan disekitar Phillips, bersama-sama dengan agennya seperti Ken Kesey dan Timothy Leary. Rencananya adalah mengubah di sekitar San Francisco ke dalam sebuah kumpulan pengikut Setan dengan perekrutan masal serta menyesatkan para remaja yang kabur dari rumahnya.
Phillips yang sebelumnya telah menulis sebuah lagu berjudul “San Francisco” yang rekamannya terjual lebih dari 5 juta copy. Lagu tersebut mengajak kaum muda dari seluruh negara bagian untuk datang ke San Francisco “dengan bunga di rambut mereka – with flowers in their hair.” Lagu tersebut mengajak untuk berkumpul terhadap puluhan ribu orang yang datang membanjiri kota San Francisco pada musim panas tahun 1968 untuk bergabung dengan gerakan baru “hippie”, nama lain dari Summer of Love. Beberapa yang datang menjadi mangsa Charles Manson, yang merekrut mereka kedalam “keluarga” cult yang secara eksklusif dari kaum muda yang lari dari rumahnya.
Timothy Leary, seorang psikolog Harvard, merupakan “guru” LSD tahun 60-an. Leary berkhotbah mengenai “penerangan” spiritual yang bisa diperoleh dengan menggunakan LSD. Banyak musisi rock, seperti the Beatles, sangat dipengaruhi oleh Leary. Lagu the Beatles berjudul “Come Together” adalah didedikasikan kepada Leary, dan Leary bahkan bernyanyi di latar belakang Lennon’s “Give Peace A Chance”.
“Leary juga seorang pengikut berbobot Crowley. Dalam PBS Late Night America, Leary mengakui sebagai seorang ‘pengagum” Aleister Crowley dan dia yakin sedang melanjutkan karya Crowley.
“Baiklah saya adalah seorang pengagum Aleister Crowley. Saya kira saya sedang melanjutkan sebagian besar dari karyanya yang mulai lebih dari seratus tahun lalu, dan saya kira tahun 60-an juga . . . Dialah yang membantu menemukan jati diri Anda sendiri, dan ‘Do what thou wilt shall be the whole of the law’ di bawah naungan cinta. Itu merupakan sebuah pernyataan yang sangat kuat. Saya menyesal dia tidak berada di sekitar kita saat ini untuk menghargai kemuliaan yang dia telah memulainya.” (PBS Late Night America, from “Hells Bells video, Reel to Real Ministries) Listen to it in RealAudio.
Manson dan Bintang-bintang Rock
Charles Manson dirinya dilukiskan sebagai seorang gila yang mempunyai kekuatan hipnotis terhadap “Keluarga” nya. Pada kenyataannya, Manson terkenal dalam keseluruhan jaringan para aktor Hollywood, aktris, penyelenggara, mitra dan bintang-bintang rock, dan menyajikan seks serta obat bius kepada banyak orang dari mereka.
Didalam autobiografinya, Papa John, Phillips mengatakan mengenai sebuah undangan yang dia diterima untuk bergabung dengan anggota Terry Melcher dan anggota Beach Boy, Dennis Wilson, di rumah besar Wilson. Wilson mengatakan, “Orang ini, Charlie di sini dengan great-looking chicks. Dia memainkan gitar dan dia benar-benar orang liar yang sebenarnya. Dia menguasai semua anak ayam ini yang menggantungkan diri seperti pelayan. Anda bisa singgah dan sekedar main seks dengan salah satu dari mereka jika Anda mau. Ini sebuah pesta besar.
Keseluruhan “Keluarga” Manson pindah ke rumah besar Beach Boys’ selama hampir satu tahun. The Beach Boys, yang telah tampil di Gedung Putih, merupakan kelompok Capitol Records, subsider EMI yang mencapai puncak.
Pada hari Minggu, tanggal 10 Agustus 1969, Manson mengirim empat anggota cult-nya sebagai kunjungan terakhir mereka ke rumah Melcher. Waktu itu Melcher tidak berada disana, tetapi ada aktris Sharon Tate, isterinya sutradara film Roman Polanski, dan tiga orang lainnya. Ketika kelompok itu meninggalkan rumah Melcher, Tate dan yang lainnya secara kejam dibunuh dan dimutilasi. Mengenai Phillips, pada bulan Juni 1980, dia ditangkap karena kedapatan melakukan operasi penjualan obat bius dengan skala besar-besaran.
The Age of Aquarius
Konser paling besar setelah Monterey Pop, adalah “Woodstock Music and Art Fair,” yang menurut majalah Time sebagai sebuah perayaan “Aquarian Festival”‘ dan “history’s largest happening.” Istilah “Aquarian” secara hati-hati dipilih. Aquarian menandai bahwa “Era Pisces,” yaitu zaman Kristus, telah berakhir.
Di Woodstock, sebuah kota kecil di bagian utara, (pinggiran) New York, hampir setengah juta kaum muda berkumpul untuk dicekoki obat bius dan dicuci otak di tempat konser. Para korban mengasingkan, terbenam dalam kotoran, dipompa dengan obat bius psychedelic, dan dijaga untuk tetap melek selama tiga hari terus menerus, semuanya dengan keterlibatan penuh FBI serta pejabat pemerintah. Keamanan konser disediakan oleh sebuah komune hippie yang terlatih untuk mendistribusikan LSD secara massal..
Sekali lagi, konser tersebut di atas merupakan pekerjaan jaringan intelijen militer Inggris dan sekaligus pemrakarsanya. Woodstock adalah cikal bakal dari Artie Kornfeld, direktur EMI Capitol Record’s, Contemporary Projects Division. Penyandang dana utama adalah ahli waris perusahaan obat di Pennsylvania, John Roberts, dan dua mitra lainnya. Ada juga perusahaan obat lain, Swiss-based Sandoz Laboratories,yang pertama kali mengsintesiskan LSD. Robert kemudian dituduh menggunakan perusahaannya untuk memberikan obat bius kepada orang-orang yang hadir.
Persiapan kecil cukup dibuat untuk hampir setengah juta orang yang datang. Joel Rosenman, salah satu dari tiga orang mitra, menulis ketika konser sudah mendekat, “Makanan dan minuman jelas akan kurang, fasilitas kebersihan yang sehat tentu membayar pajak lebih banyak, tempers tidak cukup, obat bius melimpah ruah. Yang paling buruk dari semua adalah tidak ada jalan untuk ke luar bagi siapa saja yang ingin meninggalkan tempat konser.” Lesehan bercampur kotoran badan milik anda adalah benar-benar bagian dari rencana, sebagaimana John Roberts secara berkelakar menulis, “Kita akan membagikan pisang di gerbang ke luar untuk mengikat pelindung kita.”
Sebuah komune hippie Hog Farm, mempunyai peran khusus di Woodstock. Hog Farm dipimpin oleh seorang pria yang dijuluki Wavy Graver, mantan anggota operasi Ken Kesey MK-Ultra, the Merry Pranksters. Komune seperti Hog Farm umumnya dapat ditemukan di bagian dalam California dan berfungsi sebagai tempat mengembangkan cult aliran Setan, termasuk juga kelompok-kelompok teroris.Anggota-anggota komune ini secara kontinu melakukan saling pertukaran dengan komune lainnya sebagai tempat rekrutmen untuk the Process Church dan Manson. Anggota Hog Farm, Diane Lake adalah anggota Charles Manson Family pada saat terjadinya pembantaian terhadap Sharon Tate dan tamu-tamunya.
Pada tanggal 14 Agustus, sehari sebelum pembukaan yang telah dijadwalkan, keseluruhan jajaran keamanan festival yang terdiri dari 350 polisi New York City ditarik. Seorang juru bicara polisi New York mengklaim bahwa tidak ada pengaturan resmi yang pernah dibuat dengan kota, seorang penyelenggara dengan emosi menolak klaim tersebut. Pada tanggal 15 Agustus 1969, New York Times memuat berita yang mengutip ucapan kepala keamanan Woodstock yang mengatakan, “Sekarang saya tidak mempunyai keamanan sama sekali. Saya terpukul. Disana kita sedang mengumpulkan anak-anak paling banyak di negara ini, namun tidak ada perlindungan polisi.” Tapi itu tidak aneh, Hog Farm ditugaskan untuk bertanggung-jawab atas keamanan.
John Roberts, direktur Woodstock dan juga penyandang dana, secara terbuka mengakui bahwa ia menyadari mengenai koneksi Hog Farm dalam distribusi obat bius. Dia menulis, ” mereka dibayar hanya untuk transportasi dari dan ke tempat festival … sebuah kekuatan pemelihara keamanan yang mirip dengan penonton, demikian juga dengan cara bicara dan baunya, akan dapat dipercaya dan efektif … dan yang terpenting, mereka bisa berbuat bijaksana dalam menangani obat bius, mengetahui acid mana yang baik dan mana yang jelek, mengetahui asam baik dari tidak baik, langkah baik dari pemalas, obat yang baik dari racun, dan lain-lain.”
Hog Farm pada waktu itu tinggal di pegunungan New Mexico. Robert menyewakan sebuah pesawat Boeing 727 dengan biaya $17,000, dan menerbangkan 100 orang dari mereka ke New York.
Upaya terakhir untuk melancarkan rencana “drugging” terhadap setengah juta anak muda, pengacara distrik untuk wilayah yang dipakai tempat konser menyetujui secara pribadi bahwa tidak akan ada yang menangkap atau menuntut terhadap pelanggaran hukum obat bius. John Roberts menulis, “Pengacara district … menyadari sejak dini bahwa banyak dari pelanggan kita akan menggunakan obat bius, tetapi juga menyadari bahwa pemakaian tersebut merupakan masalah terkecil dari permasalahan kita setelah berlalunya akhir pekan. Dia bertindak dengan keluwesannya. “Robert juga menulis bahwa dia mengadakan pertemuan secara terus-menerus dengan FBI sampai dengan dan termasuk sehari sebelum konser dimulai, dan mendapatkan kerjasama yang penuh dengan mereka.
Eksperimen Dimulai
Dua hari sebelum jadwal konser dimulai, 50,000 anak telah telah tiba di Woodstock. Obat bius dengan segera mulai diedarkan. Banyak orang membawa bayi mereka dan, sebagaimana dikatakan Roberts, bahkan mereka “drugged”. Robert menulis bahwa sebuah danau yang dekat dengan lokasi, “anak kecil berenang telanjang, ganja dihisap dan mendengarkan musik.”
Sebuah poll dilakukan di festival tersebut oleh the New York Times dan hasilnya menunjukkan 99% yang hadir menghisap ganja. Wakil sherif setempat sepenuhnya kewalahan, dilaporkan bahwa tidak ada yang ditangkap karena menggunakan obat bius. The New York Times tanggal 17 Agustus mengutip seorang wakil sherif,” Jika kita melakukan penangkapan, tidak cukup sel di penjara Sullivan atau di tiga desa lainnya untuk menahan mereka.”
Penggunaan ganja bukanyang terburuk. Mengikuti perancangan asli MK-Ultra proyek, mendistribusikan LSD secara massal adalah yang berikutnya, kebanyakan dicampur dalam LSD-laced Coca Cola, sebagaimana sudah dilakukan oleh Kesey Pranksters lima tahun sebelumnya. Robert secara berkelakar menghubungkan yang berikut ini, “seorang polisi terutama sekali yang abrasif …. memegang LSD-spiked Coke sementara mengatur lalu lintas. Lama setelah itu macet, polisi tersebut masih memberi tanda untuk terus maju, meskipun semua mobil tidak bisa bergerak. Akhirnya ia pun dibawa pergi oleh petugas lainnya.
Tiga hari berikutnya, hampir setengah juta orang anak muda yang sudah tiba mendapatkan obat bius dan musik rock secara berkesinambungan. Oleh karena hujan lebat, mereka terpaksa untuk berkubang di dalam lumpur setinggi lutut. Tidak ada tempat perlindungan, dan samasekali tidak ada jalan keluar. Mobil mereka diparkir di tempat yang lebih dari delapan mil jauhnya. Rosenman menulis bahwa mereka adalah kunci daripada “Eksperimen Woodstock” dan “menjaga musisi kita tampil siang malam 24 jam … untuk membuat anak-anak tercengang …”
Dalam 24 jam pertama, lebih dari 300 anak dilaporkan kepada otoritas medis, terserang sakit. Diagnosisnya: mereka memakai LSD trips “tidak baik”. Korban berikutnya berjumlah ribuan. Pada tanggal 17 Agustus, the New York Times melaporkan: “Malam ini, seorang panitia festival memperingatkan dari atas panggung bahwa ‘acid yang dibuat dengan buruk’ (istilah untuk LSD) sedang diedarkan. Dia mengatakan: ‘Anda tidak sedang mengambil racun Acid. Itu hanya ‘acid yang dibuat dengan buruk’ . Anda tidak akan meninggal …. Jadi, jika Anda berpikir telah mengambil racun, Anda tidak. Tetapi jika anda merasa cemas, ambil saja setengah tablet.’
Saran untuk “memakan setengah tablet” kepada hampir 500,000 orang disampaikan oleh agen MK-Ultra, Wavy Gravy.
Dengan meningkatnya keadaan darurat medis, permintaan bantuan disampaikan kepada personil keadaan darurat medis New York City . Lebih dari 50 dokter dan perawat didatangkan ke tempat konser. Pada akhir Woodstock, dilaporkan sebanyak 5,000 kasus medis.
Altamont: Pembuatan Snuff Film
“Festival” terakhir rock terbesar tahun 1960-an diselenggarakan di Altamont racetrack, diluar San Francisco. Musisi yang ditampilkan adalah the Rolling Stones, yang saat itu berada di tingkat teratas dalam dunia musik rock, karena the Beatles pecah dan bubar. Usul untuk menyelenggarakan konser datang dari agen MK-Ultra Ken Kesey.
Pada waktu konser berlangsung, penonton terpancing ke dalam luapan perasaan yang berlebihan sewaktu secara terbuka menyampaikan pujian kepada Setan. Hasilnya adalah benar-benar sebuah pesta pora aliran Setan. Berakhir dengan merengut nyawa empat orang, lusinan lainnya dipukuli dan terluka. Mick Jagger, pemimpin penyanyi the Rolling Stones, memerankan diri sebagai Lucifer. Penampilan the Rolling Stones di Altamont menandai dimulainya konser “heavy-metal” dewasa ini.
Lebih dari 400,000 orang menghadiri konser Altamont yang jauh lebih sedikit persiapannya dibandingkan dengan konser Woodstock. Makanan dan air hampir tak tersedia. Tetapi banyak sekali obat bius ditemukan. Seperti Woodstock, konser akan menjadi wahana untuk eksperimentasi massa terhadap obat bius, terutama LSD. Pengarang Tony Sanchez menggambarkan pemandangan orang-orang yang berkumpul di Altamont:
“Pada dinihari terdapat lebih dari seperempat juta orang berdesak-desakan, dan suasananya menjadi lebih kacau. Terdapat banyak Acid buruk (LSD-DP) di sekitarnya, dan orang berhamburan ke luar ke segala jurusan. Semua orang kesal menunggu untuk melewati waktu yang lama sebelum konser musik dimulai — Rumput Meksiko, anggur Kalifornia yang murah, amphetamines …” (Tony Sanchez, Up and Down With the Rolling Stones, p.195)
“Pada tengah hari hakekatnya semua orang sudah “tripping” … Seorang pria hampir mati karena mencoba untuk terbang dari sebuah jembatan tol — peristiwa lainnya, seorang anak muda menjerit meminta tolong karena jatuh masuk ke dalam kanal yang dalam. The stoned-out freaks looked on bemused as he sank beneath the surface. Tak seorangpun tampak pasti apakah mengalami hal yang sebenarnya ataukah halusinasi. Itu tidak berarti lagi bagaimanapun juga, dia sudah mati. Di tempat lain dokter disibukkan oleh wanita yang histeris karena melahirkan bayi prematurnya” (Tony Sanchez, Up and Down With the Rolling Stones, p.195)
Pendaratan ke Neraka masih terus berlanjut. Geng motor Hell Angels bertindak sebagai petugas keamanan untuk konser. Pembayaran sebenarnya untuk mereka adalah menjual obat bius. The Hell Angels, sebuah gerombolan penjahat terdiri dari perampok, pemerkosa dan pembunuh, dikenal sebagai pengendali dan penjual obat bius di seluruh wilayah West Coast.
Ketika festival dibuka, orang yang sudah berkerumun jumlahnya hampir setengah juta orang menantikan lebih dari satu setengah jam untuk melihat penampilan the Stones. Penggunaan spesial efek penerangan hanya diizinkan senja hari saja, akhirnya kelompok the Rolling Stones tampil di panggung. Mick Jagger, pemimpinnya berpakaian mantel pendek tanpa lengan dari bahan satin, yang bercahaya merah di bawah cahaya lampu. Jagger menirukan Lucifer.
Pengarang Sanchez selanjutnya menggambarkan apa yang dia sebut sebagai “Ritus Setan” yang direncanakan sebelumnya. Sewaktu The Rolling Stones mulai menyanyikan lagu, “dengan cara aneh beberapa orang anak membuka pakaian mereka dan merayap ke panggung seolah-olah sebuah altar tinggi, disana mereka menawarkan diri sebagai korban untuk the boots and cues Angles. Semakin mereka dipukuli dan semakin berdarah, mereka semakin terdorong, seolah-olah ada kekuatan gaib, untuk menawarkan diri mereka sebagai pengorbanan manusia kepada agen Setan ini.” (Tony Sanchez, Up and Down WIth the Rolling Stones, p.199)
Seorang kulit hitam bernama Meredith Hunter berdiri di depan panggung diantara penonton dengan pacarnya, pemburu akan segera memilihnya untuk pengorbanan manusia.
The Stones baru saja mengeluarkan lagu baru dengan judul “Simpati untuk Setan. – “Sympathy for the Devil.” Lagu tersebut dengan cepat menjadi rekaman nomor satu di Amerika. Lagu tersebut dimulai oleh Mick Jagger yang memperkenalkan dirinya sebagai Lucifer. Begitu ia mulai menyanyikan lagu itu di Altamont, keseluruhan pendengar berdiri dan menari-nari dengan luapan perasaan yang berlebihan dan liar.
Sanchez menggambarkan apa yang terjadi berikutnya, “Seorang Angels seperti seekor beruang buas besar berukuran enam kaki menghampiri Meredith dan menjambak rambutnya dengan keras dalam suatu usaha memanas-manasi supaya berkelahi. … Perkelahian terjadi, lima orang Angels datang membantu temannya, sementara Meredith mencoba untuk melarikan diri melalui kerumunan orang. Salah seorang Angel menangkapnya dan menghujamkan pisaunya di punggung si hitam. Pisau gagal menembus dengan dalam, Meredith menyadari bahwa ia sedang memperjuangkan hidupnya. Dia mengeluarkan sebuah senapan dan langsung diarahkan ke dada Angel … Angels yang berada di depannya nampak seperti sekumpulan serigala buas. Salah seorang diantaranya merampas senapan dari tangannya, dan yang lain menghujamkan pisau berkali-kali ke mukanya dengan gilanya kemudian ke punggungnya sampai roboh.”
“Ketika Angels sudah selesai menganiaya Hunter, beberapa orang mencoba datang untuk memberikan bantuannya, namun seorang Angel menghalanginya tanpa bergerak. `Jangan sentuh dia,’ dia mengatakannya dengan penuh ancaman. `Bagaimanapun dia akan meninggal, biarkan saja dia meninggal.’”(Tony Sanchez, Up and Down WIth the Rolling Stones, pp. 201,202)
Adalah tidak terbukti Meredith mempunyai sebuah senapan. Kemudian dilakukan penagkapan. Namun tidak seorangpun didakwa karena tidak ada orang yang berani menjadi saksi karena takut pembalasan dari Angels.
Meskipun terjadi pembunuhan berdarah, konser the Rolling Stones terus dilanjutkan dengan menyanyikan lagu “Sympathy for the Devil.”. Semua personel the Rolling Stones mengamati dari panggung ketika Meredith Hunter dibunuh di depan mereka. Selain itu, secara luar biasa, keseluruhan kejadian pembunuhan itu secara profesional dibuat filmnya oleh kru film yang disewa untuk membuat film konser. Segera sesudah itu film diedarkan ke seluruh negara bagian dengan judul diambil dari lagu the Rolling Stones, “Gimme Shelter.”
Apakah pembunuhan sudah direncanakan sebelumnya oleh para pengikut Setan?. Dalam bukunya, The Ultimate Evil, pengarang Maury Terry mengatakan bagaimana para pemuja Setan mengedarkan film pengorbanan manusia diantara mereka. Film-film seperti ini disebut “snuff film.” Terry menghubungkan kejadian yang menimpa Hunter dengan pembunuhan yang terjadi kepada tujuh orang anak Sam di New York City yang filmnya benar-benar dibuat dari sebuah van yang parkir di sekitarnya. Film tersebut kemudian dibeli oleh seorang pengikut Setan yang kaya. “Gimme Shelter,” yang menjadi box office hit, masih dapat dibeli atau disewa dewasa ini dengan hanya beberapa dolar saja di video rental di dekat rumah Anda.
Dibelakang “Heavy-Metal” Rock
Tahun yang sama dengan Altamont, yaitu tahun 1969 menandai awal mula karier Setan Ozzy Osbourne. Osbourne membentuk ‘band’ Black Sabbath. Kelompok ini memodelkan bandnya kepada the Rolling Stones. Lima belas tahun kemudian akan bersaksi dengan maraknya penampilan-penampilan drugged-out rock muda, seperti Osbourne, masing-masing bersaing untuk mendapatkan “uang yang besar” dan kontrak rekaman bersamanya. Ukuran-ukuran kunci dari mereka yang akan “melakukan hal itu” adalah kemampuan mereka untuk melukiskan dekadensi dan setan. Inilah yang disebut dengan kelompok-kelompok “heavy metal”.
Pada tahun 1985, surat kabar New Solidarity, yang saat itu sudah diperintahkan untuk di tutup oleh pemerintah federal, melakukan wawancara dengan Hezekiah Ben Aaron, kemudian dengan anggota jajaran ketiga Gereja Setan. Ben Aaron saat ini menjadi seorang Kristen yang taat. Dalam wawancara, Aaron mengungkapkan bahwa Gerejanya yang memulai kelompok “heavy metal” rock seprti Black Sabbath, Blue Oyster Cult, Ozzy Osbourne, dan banyak yang lainnya. Gereja Setan selanjutnya dipimpin oleh imam kepala, Anton LaVey. Banyak laporan bahwa LaVey, mantan seorang pemain sirkus penjinak singa, dan ia hanya sekedar orang yang dikedepankan, imam kepala sebenarnya adalah Kenneth Anger, yang sebelumnya merekrut the Rolling Stones masuk ke dalam okult.
Berikut adalah sebuah kutipan dari wawancara tersebut: “Saya pada waktu itu bekerja di Gereja … Dalam Gereja juga ada pebisnis untuk Apple, (perusahaan yang didirikan oleh the Beatles), Warner Brothers, dan perusahaan rekaman lainnya. Seseorang akan datang kepada saya dan mengatakan, `Saya mempunyai tape rekaman, dan saya ingin Anda untuk memeriksanya. Saya bermaksud mencari, bila Anda tertarik unruk mensponsori sebuah kelompok Rock .’ Saya mengatakan `Baiklah, Saya akan memeriksanya.’ Beberapa hari kemudian Ben Aaron akan menilpon balik dan menyiapkan pertemuan lain. Dia melanjutkan, `Saya akan berikan Anda sebesar US $100,000, namun Anda tidak perlu menandatangani apapun. Apa yang Anda tidak akan mengetahuinya adalah bahwa semua kegiatan Anda akan direkam, difoto atau divideo. Bila Anda gagal melaksanakan kelompok musik rock Anda, Anda harus mengembalikannya dengan sesuatu yang benar-benar buruk. Kadang-kadang lebih dari 60% dari dolar yang telah Anda terima.”
Wawancara Aaron dilanjutkan: “kita akan membawa Anda kesebuah toko, kita sediakan pakaian termasuk amplifier. Semuanya Anda bayar dengan uang yang telah kami berikan kepada Anda. Kami menyiapkan kelompok Anda untuk sebuah tour musik. Kami menetapkan semua ini dengan ikatan. We book you”
Aaron kemudian menjelaskan bahwa jika kelompok musik rock tidak melakukan seperti yang diperintahkan untuk mengumpulkan uang atau berlaku “aturan” lain. Aturan-aturan lain itu mungkin dimasukan kedalam daftar lusinan bintang rock yang dilaporkan mati “bunuh diri”. ” Dunia penjahat obat bius Mafia mempunyai banyak cara untuk melenyapkan orang-orang yang tidak mau membayar. Beberapa pembaca mungkin masih ingat pernyataan seorang persinel the Beatles, John Lennon yang disampaikannya kepada internasional press pada tahun 1966:
“Christianity will go. It will go. It will vanish and shrink. I needn’t argue about that. I’m right and I will be proved right. We are more popular than Jesus now.”
Dengan penuh harapan, John Lenon akan terbukti salah.
Catatan: John Lennon dibunuh oleh Mark David Chapman, salah seorang penggemarnya, pada tanggal 8 Desember, 1980.
Tamat
KOntribusi oleh : Donald Phau dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar