Home

Mei 29, 2012

10 Kebohongan Besar Dahlan Iskan di ITS

 

Dahlan Iskan, sebuah nama yang akhir-akhir ini sangat fenomenal di pemberitaan media-media nasional karena aksi-aksi si empunya nama. Si empunya nama pun begitu sensasional karena gebrakan-gebrakannya yang mampu mengalihkan perhatian para Intelektual. Sehingga, karena hal itu lah, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) kampus Perjuangan (ITS) ini tertarik untuk menghadirkannya menjadi pengisi acara Public Figure on Talk (Pifot). Dengan bertajuk “Optimisme Pemuda Menuju Indonesia Bersinar”, acara tersebut dipandu langsung oleh mantan Presiden BEM ITS periode sebelumnya, Dalu N.K. Acara ini menjadi semakin menarik saat tokoh kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 ini mengklaim banyak keberhasilan pembangunan ekonomi selama ini, di bawah Pemerintahan SBY.


Sebagai dedikasi ke-mahasiswa-an kita dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan, teramat sangat penting kiranya kita mengkritisi pernyataan-pernyataan CEO Jawa Pos tersebut. Banyak hal yang tidak sesuai dengan realita. Banyak hal yang sengaja ditutup-tutupi oleh Dahlan Iskan, profesionalis yang kian ‘lebih demokrat’ dari politisi Demokrat sendiri.
Sebagaimana lazimnya seorang menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB), tugas pokoknya lebih banyak sebagai ‘humas’ yang terus mengangkat bukti-bukti keberhasilan rezim SBY. Alih-alih memikirkan rakyat, atau memikirkan masa depan Negara, malah kerap kali mencari muka demi menyenangkan si Doi.

Dalam acara yang dibuka Pembantu Rektor I ITS Prof. Dr. Ing. Herman Sasongko itu, Menteri BUMN mencoba meyakinkan (mungkin lebih tepatnya men-doktrin) peserta bahwa kondisi ekonomi nasional saat ini sangat kondusif, cerah, berkembang maju, prospektif, dan bahkan telah mampu mengalahkan Negara maju di Benua Biru.
“Kita bisa mengalahkan Belanda sejak 2011 karena produk domestik bruto (PDB) Indonesia saat itu sudah 800 miliar dolar AS lebih, sedangkan PDB Belanda hanya 700 miliar dolar AS lebih… Indonesia yang dijajah 350 tahun ternyata bisa balas dendam secara luar biasa, bahkan tahun depan kapitalisasi pasar modal Indonesia sudah bisa mengalahkan Singapura. Dua tahun lagi, kita bisa mengalahkan ekonomi Spanyol,” katanya disambut gemuruh tepuk tangan peserta.

Apalagi, pertumbuhan ekonomi nasional yang terus positif di atas 6 persen per tahun bukan hal yang mustahil akan dapat menyejajarkan Indonesia dengan ekonomi negara-negara maju dalam beberapa tahun ke depan.

“Cina itu berpenduduk besar dan miskin, tetapi mereka sanggup mengalahkan ekonomi Jepang pada dua tahun lalu. Dari segi penduduk dan jumlah penduduk miskin tidak jauh berbeda dengan kita, tapi kenapa Cina bisa lebih maju?” katanya.
Menurut dia, kunci kemajuan Cina itu tak lain optimisme. “Untuk menumbuhkan optimisme itu mereka selalu merayakan kemenangan saat mampu mengalahkan ekonomi Inggris, Jerman, dan dua tahun lalu mengalahkan ekonomi Jepang. Cina-Jepang itu ‘musuhan’ seperti Indonesia-Belanda,” katanya.

Kalau mendengar paparan angka-angka dan kata-kata oleh pendiri JTV itu, kita akan merasa senang, gembira, berbunga-bunga, penuh optimisme, penuh harapan, penuh cinta, rindu, khusuk dan tuma’ninah. Pendek kata, kondisi Indonesia sedang enak-enaknya, penuh kemajuan. Tapi pertanyaannya, apa benar kondisi ekonomi Indonesia saat ini penuh optimisme seperti yang diklaim Menteri BUMN tersebut?

Disini akan ditunjukkan kebohongan besar tentang Optimisme Ekonomi yang diklaim Dahlan Iskan. Sungguh, tokoh yang pernah cangkok hati di China ini telah menyakiti rakyat Indonesia melalui klaim-klaim progres ekonomi yang sesat dan menyesatkan.

[Kebohongan Besar #1] Klaim yang disampaikan Dahlan Iskan tak ubahnya seperti klaim Sri Mulyani dulu. Mirip bin sama, hanya copy paste. Pemikiran ekonomi ala Sri Mulyani bisa disebut sebagai “ekonomi real estate”. Maksudnya, kalau kita melihat gambar iklan perumahan, papan-papan reklame real estate, atau brosur-brosur perumahan; maka kita akan takjub melihat keindahan gambar perumahan itu, lalu tergoda untuk membeli 1 unit rumah disana. Tetapi ketika kita datang ke lapangan, melihat kondisi perumahan itu secara langsung, dijamin akan kecewa. “Lho, kok kondisi rumahnya tidak sebagus di iklan ya! Kenapa ini?” Pemikiran ekonomi Dahlan Iskan, Hatta Rajasa, Sri Mulyani, Boediono, Chatib Bisri, Faisal Basri, Ikhwan Fauzi, dkk ya semodel itu. Kovernya buagus, realitasnya juelek poll!

[Kebohongan Besar #2] Apa yang disampaikan Dahlan Iskan dalam acara Pifot itu hanyalah ekonomi ‘di atas kertas’, atau ekonomi ‘dalam grafik’. Ini tidak mewakili kondisi ekonomi rakyat yang sedang susah, seret, dan terbebani beban yang sangat berat. Inilah tipe ekonomi angka-angka. Ia bukan ekonomi yang merupakan jendela untuk memahami realitas kehidupan rakyat. Di mata para ekonom semacam ini –kalau Dahlan layak disebut Ekonom-, rakyat dipandang sebagai beban “obyek ekonomi”, bahkan sebagai “beban anggaran Negara” seperti alasan utama Pemerintah berkonspirasi menaikkan harga BBM. Rakyat tidak diposisikan sebagai subyek ekonomi atau user kedaulatan ekonomi. Dalam paparan model Dahlan Iskan itu, kesejahteraan rakyat ditampilkan dalam wujud angka-angka indikator yang sangat global; begitu pula, penderitaan rakyat dilihat dari sisi angka-angka. Lalu kapan Pemerintah (termasuk kita) akan memahami realitas ekonomi sebenarnya? Belum cukupkah pemberitaan kesenjangan sosial-ekonomi di media, yang semakin hari semakin menggelisahkan!

[Kebohongan Besar #3] Dahlan sangat tidak jujur ketika membandingkan PDB Indonesia-Belanda tahun 2011. Oke-lah, kita anggap klaim Dahlan benar, tahun 2011 lalu PDB Indonesia yang 800an milyar dollar bisa mengalahkan PDB Belanda yang hanya 700an milyar dollar. Pertanyaannya, apakah Dahlan sudah amnesia bahwa nilai mata uang kita terus merosot sampai saat ini. Nilai uang kita semakin merosot nilainya terhadap harga barang. Tahun 90-an, uang Rp 10.000,- masih bernilai. Sementara saat ini, uang Rp 10.000,- itu seperti tak ada harganya. Hal ini dibuktikan dengan nafsu Bank Indonesia untuk melakukan redenominasi rupiah (penyederhanaan nilai nominal uang kertas. Misalnya, selembar uang senilai Rp 10.000,-. Dengan kebijakan redenominasi, nilai uang itu bisa diubah menjadi Rp 10,- atau Rp 100,-. Terserah kebijakan yang diambil). Nafsu itu kan atas pertimbangan, nilai nominal uang kita terlalu besar. Nilainya besar, tetapi manfaat ekonomisnya kecil. Terlalu!

[Kebohongan Besar #4] Dahlan mengklaim pertumbuhan ekonomi nasional yang terus positif di atas 6 persen per tahun sehingga bukan hal yang mustahil akan dapat menyejajarkan Indonesia dengan ekonomi negara-negara maju dalam beberapa tahun ke depan, dengan begitu inflasi (indeks kenaikan harga barang) akan stabil. Demi Allah, ini adalah kebohongan yang nyata. Kata-kata yang diucapkan Dahlan bisa sangat menyesatkan.
Ambil contoh, sebagaimana jamak kita ketahui, beberapa waktu yang lalu masyarakat dari berbagai elemen lantang berteriak, “Hentikan rencana kenaikan harga BBM!” Jajaran Pemerintah Pusat malah semakin merapatkan barisan dan berkata, “Lanjutkan!”. Padahal, gaji dan tunjangan mereka yang menggunung itu dibayar dengan uang rakyat. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) untuk kesekian kalinya oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang terbaru adalah per 1 April 2012 meski akhirnya diundur 6 bulan lagi tapi ya tetap naik, masih menyisakan banyak tanda tanya. ‘Rekor’ SBY menaikan harga BBM pun sangat fantastis, contoh BBM jenis bensin, dari Rp 1.800 warisan Megawati menjadi Rp 2.500 dan lalu Rp 4.500 di era Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) I meski pernah menaikkan menjadi Rp 6.000 tapi kembali diturunkan Rp 4.500 demi strategi politik Pemilu 2009, dan sekali lagi di era KIB II ini, dengan segala cara ber-I’tiqad buruk menaikkan menjadi Rp 6.000 lagi. Jadi, sejak memangku jabatan RI-1 telah menaikan BBM sebesar 333 persen, luar biasa kurang ajar!

[Kebohongan Besar #5] Dalam paparan itu Dahlan -dengan sengaja- sangat melupakan realitas-realitas buruk kondisi ekonomi kita secara transparan, seperti: hutang luar negeri, hutang Pemerintah, kewajiban membayar bunga SUN (Surat Utang Negara), kontrak karya pertambangan asing, dominasi produk asing, aliran ‘uang panas’ investasi, pengangguran, kemiskinan, kesenjangan sosial, gizi buruk, buruknya fasilitas pendidikan, pencurian aset nasional, amburadulnya penegakan hukum, bisnis isu terorisme, pengemplangan pajak oleh pengusaha, dll. Dahlan lebih banyak menyebutkan hal-hal yang manis saja. Melupakan hal-hal yang sangat menyedihkan, kalau pun membahas hal yang menyedihkan, itu pengalaman pribadi bukan pengamalan Negara secara komprehensif. Ini sangat tidak obyektif, sangat tidak jujur!

[Kebohongan Besar #6] Kenyataan yang paling menyakitkan. Dahlan Iskan tidak mau jujur mengakui, bahwa aset-aset ekonomi nasional saat ini sangat banyak dikuasai asing sekitar 75% lebih. Saat Dahlan menyebut angka PDB Indonesia, itu masukkan sekalian aset-aset usaha milik asing yang 75% tersebut. Jelas saja kelihatan besar dan bahkan bisa mengalahkan PDB Belanda, sebab bisnis/perusahaan asing dimasukkan didalamnya. Saat disebut penyerapan tenaga kerja, itu artinya kerja di perusahaan asing juga; ekspor produk perusahaan asing; pertumbuhan bisnis/investasi asing; hasil produksi perusahaan-perusahaan asing di Indonesia, dll.

[Kebohongan Besar #7] Di bagian akhir acara yang diselenggarakan di Gedung Robotika ITS itu, Dahlan Iskan kelihatan terpojok oleh salah seorang peserta yang menanyakan tentang lumbung Emas Papua yang sekarang di bajak oleh Freeport dari Amerika Serikat. Dahlan hanya menanggapi bahwa untuk masalah Freeport akan dilakukan renegoisasi. Padahal Dirjen Mineral dan Batubara Kementerian ESDM Thamrin Sihite mengatakan, kontrak Freeport kebal dari perubahan aturan, sehingga sampai saat ini bagian royalti emas Freeport yang dibagi ke pemerintah Indonesia cuma 1% meskipun dalam aturan baru (PP 45/2003) harusnya 3,75%. Ironis, secara hukum aja tidak merdeka, apalagi yang lain!

[Kebohongan Besar #8] Belum lagi rencana busuk Dahlan, yakni kapitalisasi pasar modal Indonesia demi mengalahkan Singapura, Spanyol, dan Negara maju lainnya. Bayangkan saja, berapa BUMN yang akan diprivatisasi/dijual ke swasta atau asing, dan berapa kerugian negara. Memang PDB Indonesia naik, tapi itu milik swasta/asing. Indonesia cuma numpang angka/data, realnya sebagian besar keuntungan PDB tersebut masuk ke dompet pihak swasta/asing. Lihat Kebohongan Besar #6

[Kebohongan Besar #9] Tidak adil bila kita membandingkan Indonesia dengan China. Seharusnya Dahlan lebih cermat menyodorkan fakta. Coba kita ingat fakta sejarah sebelum Indonesia dan China dijajah; ketika China sudah bisa membuat perabot dari keramik, Indonesia masih bisa membuat perabot dari tanah/tembikar; ketika China sudah berhasil membuat kertas sebagai alat tulis, Indonesia masih menggunakan lempeng batu/daun lontar sebagai alat tulis; ketika China sudah sukses membuat permadani berbahan sutra, Indonesia masih bisa membuat tikar berbahan bambu/daun. Bahkan China tidak hanya membuat tapi juga memproduksi besar-besaran untuk diekspor ke luar negeri, termasuk Indonesia sendiri. Dari fakta tersebut kita bisa menyimpulkan, China lebih maju/pandai daripada Indonesia. China dijajah jepang karena jepang lebih pandai, Indonesia dijajah Belanda karena dibodohi. Bila saat ini Indonesia kalah sama China, ya karena pada dasarnya China lebih pandai daripada Indonesia, dan apalagi Indonesia saat ini masih terjajah secara ekonomi/sosial/dan politik. Meski keduanya pernah sama-sama miskin gara-gara kolonialisme, tapi kepandaian China tidak akan hilang karena yang dijajah adalah fisik.

[Kebohongan Besar #10] Lebih aneh lagi, Dahlan tidak mau mengakui Indonesia sebagai Negara yang terjajah secara ekonomi. Dahlan mengklaim, bahwa kita sudah merdeka, dan benar-benar merdeka. Dahlan mengajak peserta acara bersikap optimis dan percaya diri. Sekarang FAKTA-nya: Ada CAFTA, AFTA, NAFTA, WTO, APEC, Forum G20, konsep ekonomi mazhab IMF, Boediono dulu waktu mencalonkan diri sebagai capres pada pilpres 2009 masih berstatus pejabat eksekutif IMF, system pasar bebas, system mata uang mengambang, Bank Indonesia menjual SBI (Saham BI bisa dimiliki asing), hak sewa lahan untuk investasi sampai 99 tahun padahal dilahan tersebut berpotensi mengandung SDA, gaya hidup hedonis-westernis masyarakat, dominasi produk asing di pasaran, dominasi supermarket modern milik asing, dll. Semua itu adalah fakta yang nyata yang menunjukkan bahwa KEDAULATAN EKONOMI kita sudah tergadaikan ke tangan asing.

Kesimpulan:
Orang seperti Dahlan Iskan beserta pemikirannya ini sangat berbahaya. Paparan dia sesat dan menyesatkan. Apa yang diklaim sebagai OPTIMISME, tak lebih dari gincu yang dipoles disana-sini, untuk menutupi kebobrokan ekonomi dan menyelamatkan muka majikan. Apa yang terjadi seperti ini tepat seperti ucapan, “Yang kaya makin kaya, yang miskin tambah sengsara”. Lalu apa solusi tuntas untuk Indonesia, yang bisa mengatasi segala masalah tanpa masalah? Tunggu jawabannya di edisi spesial Kebangkitan Nasional pekan depan. insyaAllah

Wallahu a’lam bish shawab…

Sumber:

6 komentar:

Anonim mengatakan...

yah benar apa yg anda katakan tapi anda juga tidak satupun menyebut keberhasilan pemerintahan sby, padahal banyak yang sudah dihasilkan oleh pemerintahan sby. Pertanyaannya apakah kalau anda ingin maju apakah dengan pesimisme ataukah optimisme?

Anonim mengatakan...

tipe orang seperti anda ini suka mengkritis tapi tidak bisa menyumbangkan sesuatu terhadap bangsa anda
orang maju kogh malah dikritik, ini yang membuat indonesia gagh maju maju sampai skrang

seharusnya orang seperti anda ini harus dibumi hangsukan dari bangsa ini

Anonim mengatakan...

begini jadinya orang tanpa pengetahuan yang cukup menilai sesuatu.... pake bukti yang jelas dan sumber yang jelas pula kalo menilai sesuatu... kedengkian pribadi jangan diumbar... ckckckckck

Anonim mengatakan...

goblok lu !

Anonim mengatakan...

Pengkritik tanpa kejelsn adalan fans berat dng keirian mendalam.

Anonim mengatakan...

anda harus segera bertobat, sebab fitnah anda sangat keji

Posting Komentar