Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menghabiskan malam di rumah petani miskin Yogyakarta semalam. Bagaimana kisah lengkapnya?
Suami-istri warga Dusun Seworan RT18/RW8, Desa Triharjo, Kecamatan Wates, Kulonprogo, Hadi Sumarto (60) dan Sarjiyah (57) tidak akan menyangka rumahnya akan disambangi orang nomor satu di Kementerian BUMN.
Keluarga yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh tani itu sangat terkejut saat mantan Direktur Utama PLN itu meminta izin untuk menginap di rumah mereka yang berlantai tanah dan dinding dari anyaman bambu.
"Kami tidak ada persiapan apa-apa, hanya membersihkan beberapa bagian rumah. Biasa saja tidak ada bagian yang saya ganti. Kami senang sekali pak menteri mau menginap di rumah kami,” ujar Hadi Sumarto seperti dikisahkan oleh Kepala Humas dan Protokoler Kementerian BUMN, Faisal Halimi kepada detikFinance di Jakarta, Kamis (29/3/2012).
Wajah Hadi Sumarto terus berseri-seri mengetahui seorang menteri akan menginap di rumah miliknya yang berukuran 10x7 meter itu. Namun saat ditanya mengenai sosok si tamu, ia mengaku tidak tahu nama dan sosok Dahlan Iskan.
"Kami tidak tahu Pak Dahlan Iskan itu siapa, baru tahu ya saat melihat berita di tv," akunya yang sehari-hari hanya berprofesi sebagai penggarap lahan dan tukang kayu.
Dalam kunjungannya, rombongan Dahlan tiba di kediaman Hadi sekitar pukul 00.15 bersama lima orang lainnya, yakni staf Kementrian BUMN, Direktur Utama PT Sang Hyang Sri Eddy Budiyono, Direktur Pemasaran PT Sang Hyang Sri Kaharudin, Ketua KTNA (Kelompok Tani Nelayan Andalan) Nasional Winarno Tohir. Kunjungan Dahlan Iskan juga disambut oleh Wakil Bupati Kulonprogo Sutedjo bersama kepala SKPD Pemkab Kulonprogo.
Dahlan sengaja bermalam di tempat tersebut supaya bisa meninjau tanam perdana areal binaan progam Pro Beras Sang Hyang Seri di Bulak Seworan yang lokasinya tidak terlalu jauh.
Begitu tiba di kediaman Hadi, Dahlan diberi sambutan sederhana, berbeda dengan sambutan di hotel-hotel berbintang. Dahlan terlihat nyaman menanggapi obrolan pemilik rumah meskipun hanya duduk bersila beralaskan terpal dan tikar.
Obrolan semakin hangat, ketika beberapa makan kecil khas daerah dan hasil bumi disajikan menggunakan sebuah tampah (tempat makan dari anyaman bambu) seperti tempe benguk, geblek, ubi dan sajian wedang secang.
"Dalemipun sae (rumahnya bagus) Pak Hadi, rapi,” ucap Faisal menirukan Dahlan.
Meskipun raut wajahnya sudah menunjukkan kondisi badan yang lelah setelah seharian beraktifitas, Dahlan tetap melayani obrolan pemilik rumah bersama Wakil Bupati serta kepala desa dengan santai dan penuh canda.
"Kulo mboten gadah sabin namung buruh hasilipun maro, luasipun 1.800 meter, angsale 10 karung. Hasilipun mboten disade namun cekap ngge maem saben dinten, menawi disade namun ngge tumbas rabuk,” kata Hadi.
Kira-kira terjemahannya seperti ini, 'Saya tidak punya sawah hanya buruh yang hasilnya dibagi dua, luasnya 1.800 meter dengan hasil bagian 10 karung, dan tidak pernah dijual hanya cukup untuk makan sehari-harinya, paling untuk beli pupuk saja.'
Tidak terasa waktu terus berlalu dan semakin larut menunjukkan pukul 01.00 WIB. Karena sudah mersa lelah, Dahlan meminta agar obrolan tersebut diakhiri untuk dilanjutkan dengan beristirahat.
"Monggo kita akhiri dulu obrolannya. Kita beristirahat, tidur dulu besok pagi dilanjutkan lagi," ucap Dahlan.
Sebelum pamit untuk berintirahat, Dahlan sempat berganti kaos warna ungu dan merebahkan diri di tempat semula yang digunakan untuk ngobrol. Ia menolak menempati tempat tidur dengan kasur empuk yang sudah disediakan tuan rumah.
Dahlan justru memilih tidur dengan beralasakan tikar bersama Direktur Utama Sang Hyang Sri dan Wakil Bupati Kulonprogo.
Sumber:
http://detik.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar