Home

Juni 03, 2012

Cara Mengatasi Pertengkaran dalam Rumah Tangga

 

Cekcok bisa didefenisikan sebagai bertengkar; berselisih; berbantah. Banyak hal yang bisa memancing atau menyebabkan timbulnya percekcokan atau perselisihan dengan orang lain. Salah satunya adalah perbedaan, kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan diciptakan berbeda-beda, anak yang kembar identik sekalipun tetap masih memiliki perbedaan.

Perbedaan-perbedaan inilah yang terkadang memancing kita untuk berselisih paham dengan orang lain, mungkin perbedaan pendapat, pandangan, dan lain-lain, karena kita mengganggap bahwa pendapat atau pandangan kitalah yang paling benar dari semua orang.

Sebenarnya asal kita mau untuk menyelesaikannya pertengkaran atau percekcokan bisa diselesaikan tanpa harus menunggu sampai menjadi pertengkaran yang besar. Mungkin langkah-langkah yang dikemukakan oleh Rick Warren dalam bukunya, “The purpose driven life” dapat memberikan solusi bagi kita untuk dapat memulihkan hubungan kita yang sedang mengalami keretakan dengan keluarga, pimpinan, sahabat dan lain-lain.

Ada 6 langkah-langkah yang dapat memberikan solusi kepada kita untuk memulihkan hubungan kita yang mengalami keretakan ;

1. Berbicaralah kepada Allah.
sebelum berbicara kepada orang tersebut ada baiknya Jika kita mau untuk mendoakan konflik yang kita alami terlebih dahulu dan bukan malah mengossipkannya kepada teman-teman yang lain, maka kita akan sering menemukan bahwa Allah dapat mengubah hati kita terhadap orang yang kepadanya kita sedang cekcok.

 2. Selalu mengambil inisiatif.
Tidak peduli apakah kita yang melukai atau yang dilukai. Allah ingin agar kita mengambil langkah pertama untuk mendekati orang tersebut.

3. Bersimpati terhadap perasaan-perasaan.
Hendaknya kita lebih banyak menggunakan telinga kita daripada mulut kita. Bersabarlah menampung kemarahan orang lain, karena dengan kita mau mendengarkan sama artinya dengan kita berkata , “Saya menghargai pendapat anda, saya perduli dengan hubungan kita dan anda berarti bagi saya”. Ingatlah pepatah yang mengatakan bahwa “Mulutmu adalah harimau mu” yang mengajarkan kepada kita agar kita tetap berhati-hati dengan setiap perkataan yang keluar dari bibir mulut kita.

4. Akui peranan kita dalam konflik.
Kita sebaiknya dapat mengawali pemulihan hubungan itu dengan mengakui kesalahan kita dan jangan pernah bersikap seolah kitalah yang paling benar.

 5. Seranglah masalahnya bukan orangnya.
Kita tidak mungkin membereskan masalah jika kita sibuk mencari siapa yang bertanggung jawab. Kita tidak bisa menjelaskan pikiran kita dengan marah, karena itu kita dapat memilih kata-kata yang lebih bijak. Dan bukan malah kata-kata yang memojokkan orang lain.

6. Mengutamakan rekonsiliasi dan bukan resolusi.
Adalah tidak realistis kalau mengharapkan bahwa semua orang setuju dengan pendapat kita. Semua orang bisa saja memiliki pendapat yang berbeda-beda. Dengan adanya rekonsilisai berarti kita mau melupakan perbedaan pendapat itu. “Pertengkaran bisa diselesaikan asal kita mau menyelesaikannya” karena memulai pertengkaran seperti membuka jalan air, dan akhirnya mengalir….mengalir….mengalir……. banjir bandang deh

Salam Berbagi Cerita :)

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar