Tradisi mendongeng yang menjadi sarana komunikasi antara orang tua dengan anak di Bali kian ditinggalkan, kata Made Taro, seorang pendongeng dan pelestari permainan tradisional di Pulau Dewata.
Menurut dia saat ini para orang tua tidak lagi memiliki waktu mendongeng untuk anak-anaknya karena kesibukan memenuhi kebutuhan hidup dan gaya berpikir yang praktis. Bahkan, hingga di lingkungan masyarakat perdesaan, kebiasaan mendongeng nampak sudah sangat berkurang.
Padahal, dengan mendongeng, orang tua dapat memberikan bekal pendidikan dan budi pekerti pada anak-anaknya, serta mengakrabkan hubungan diantara mereka.
"Dalam dongeng, sesungguhnya mengandung makna kasih sayang, mencintai sesama, dan menghargai orang yang lebih tua," ujar Made Taro yang sejak tahun 1979 membuka sanggar yang mengajarkan permainan tradisional sekaligus mendongeng.
Ia mengharapkan para orang tua selalu meluangkan waktu setidaknya lima menit sehari untuk mendongeng. Namun, ujarnya, tidak semua dongeng tradisional baik bagi pendidikan moral dan karakter anak-anak.
Meski kian ditinggalkan, Taro berharap tradisi itu dapat dihidupkan kembali. Ia melihat kebiasaan mendongeng itu hidup di kalangan terpelajar dan mengapresiasinya.
"Mereka sudah memahami bahwa tradisi mendongeng itu dapat mengakrabkan hubungan orang tua dengan anaknya dan membekali pendidikan budi pekerti," katanya saat menjadi pembicara pada seminar bertajuk "Tradisi Mendongeng Di Abad 21" di Kampus Fakultas Sastra Universitas Udayana.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar