Home

April 26, 2011

Hidayah tak kenal warna, bangsa dan masa



"Cahaya itu telah mampu menerpa celah relung hati mereka, menerobos tembus kedinding qalbu-qalbu mereka, cahaya yang yang tak kenal warna, bangsa, masa bahkan kendala".

Akhir pekan ini sebetulnya aku berencana untuk diam dirumah. Rest atau rehat. Ingin mengendur regangkan tubuhku, rehat dari berinteraksi, sekaligus ingin bebenah rumah yang begitu lama tak terjamah tangan. Tiba tiba telefon berdering, tanya apa kabar dan menanyakan:"Kak..hari ini kaka sibuk tak, boleh kita jumpa kalau tak pegi mana mana khan ?"

begitu logat Melayu Singapore dari salah seorang adikku, disuatu Sabtu pagi. Kukatakan bahwa aku tidak ada rencana untuk keluar. "Saya hendak menemani 'orang-orang baru' ke masjid besar di Regent Park Mosque. Usroh dimulai jam tigalah, dilantai bawah kak" demikian keterangan Hilaal. Sambil aku berfikir bagaimana caranya merubah rencanaku dari rehat tapi bisa jumpa dengan adikku satu ini. Atau kuundangkah dia kerumah atau haruskah aku ke kota London?

Sambil aku menghabiskan tehku sambil terus berfikir. Aku tengah berhitung, untung rugi, manfaat dan madharatnya. Aku ingin mengundangnya kerumah, namun sepertinya aku tidak siap untuk menjamu orang.Aku tergiur dengan undangannya. Aku tahu disetiap pertemuan selalu membuahkan sesuatu. Aku sangat percaya kalau silaturachmi mendatangkan rejeki, memanjangkan usia, bikjin awat muda. Allhu alam. " Kalau kita jumpa di Mawar restoran, gimana ?

khan cukup sentral, kalaupun kita tak makan tapi bolehlah kita minum teh atau kopi saja, bukan ? aku menawarkan. Akhirnya kita sepakat untuk jumpa pukul 5.30 sore.Mawar Restoran, adalah restoran Malaysia yang terletak disudut jalan, tepat dipersimpangan yang cukup strategis antara Edgward Road dan Sussex Garden, antara persimpangan ke Kilburn, Oxford Street, kawasan Paddington.

Restoran itu sendiri terletak di lantai dasar, basement. Cukup memadai untuk ber-randevous baik untuk organisasi atau sesama teman, dengan menu cukup mewakili dan terjangkau.Aku ditemani oleh salah seorang karibku juga kesana. Saat kami tiba direstoran, .mereka telah berada disana. Oh, ternyata mereka bertujuh, banyak sekali. Kami disambut hangat dan saling memperkenalkan diri.

" Kak kenalkan, ini Terry, James, Ismael, Norman.. Pak Cik dan brother Yunoos", semua berdiri sambil menaruh tangannya di dada mereka, sekedar isyarat tanda hormat. Kami tidak bersalaman. Hilaalpun memperkenalkan namaku."This sister is from Indonesia..her father and my parents knew each other" tambahnya. Mereka mengangguk dan senyum. Iiih santun santun banget siih?.

Aku dipersilakan duduk. Akupun memilih tempat yang sentral untuk memudahkan berbincang. Sementara temanku, Ridwan, pesan makanan dan minuman.***Aku tidak pernah mengira kalau Hilaal membawa teman barunya begitu banyak. Maksudku orang baru disini 'new muslim atau muallaf'' . Buatku ini adalah a nice surprise, kejutan bagus dan aku cukup terperangah menyaksikan wajah wajah baru, wajah bule pula yang betul betul anyar memeluk agama Islam. Aku sangat eksaiting dan mengharu biru menyaksikan ini.Rasanya tak sabar ingin berbincang dengan mereka, semisal wawancara walau tidak resmi banget tentunya. Informal saja. Aku berceloteh dengan mereka. Sambil menunggu pesanan makanan, mulailah mereka kutimbuni dengan pertanyaan yang aku yakin mereka menikmatinya.

Kutanya satu persatu namanya lalu kuucapkan selamat datang pada mereka: "Welcome to Islam, welcome to the club " mereka senyum bahagia mendapat sambutan.

"I am Terry, I live in Uxbridge. I work for Distributor company. I deliver the goods to supermarkets in the country.." ujarnya. Usianya baru 24 . Terry, nampak tinggi, tinggi sekali untuk ukuran pria Inggris. Itulah pria Inggris pertama yang ber'taaruf, memperkenalkan diri dan bercerita bagaimana dia masuk Islam. Lanjutnya:" Saya baru empat bulan memeluk Islam dan saya seneng banget bisa bergabung dan ketemu Bang, brother Hilaal" ujar Terry sambil mereguk minumannya." Apa gerangan yang paling pertama kali menyentak hati anda yang membuatmu menoleh ke agama Islam" tanyaku pada Terry. Dia tampak bingung: "Maksud saya ada kejadian apa yang membuatmu berfikir untuk masuk Islam", aku menjelaskan.

Terry diam sambil berfikir, lalu: " Hmm I dont think I have...". Ternyata Terry tidak memiliki kisah atau catatan sesuatu yang menyentak hatinya yang membuatnya memeluk Islam secara tiba-tiba, inilah keterangan Terry."Saya, mungkin seseorang yang mencari-cari kebenaran, the truth, sesuatu yang membuat saya tenang. Orang tua saya masuk tipe Agnostic barangkali. Mereka tak peduli dengan agama dan merasa tidak perlu dengan agama.

Saya respek itu. Repotnya, dikatakan Atheispun bukan, tapi kalau natalan mereka merayakan. Katanya tradisi. Naah halnya dengan saya memang saya mencoba mencari sesuatu. Saya merasakan ada sesuatu yang hilang dalam hidup saya. Lalu saya belajar agama Budha, kemudian ikutan meditasi, tapi koq saya masih tidak tenang", tutur Terry. Kemudian kutantang Terry dengan gencarnya media yang menyudutkan Islam, serta sikap kebanyakan terhadap Islam dan Muslim. "Does not that put you off to come close to Islam and become Muslim ?", aku mau tahu jawabannya.

" No it does not, it is quite the opposite infact, justru malah sebaliknya, membuat saya bertanya-tanya dan bikin penasaran. Saya ingin tahu apa sih sesungguhnya Islam itu. Saya mencari dimana letak salahnya dan ingin membuktikan bahkan mencocokan dengan apa yang dikatakan media. Sambil saya terus belajar agama Budha" tambahnya. Menurutnya gama Budha belum bisa memberikan ketenangan pada dirinya dan tidak mampu menjawab apa yang ia cari. Utamanya tentang keTuhanan. Saya tahu ada Pencipta, the Creator. Dia cuma ingin meyakinkan bahwa memang ada Sang Pencipta.

Saya masih tetap merasa kosong, ujarnya.
" Saya iseng-iseng main ke google, mencari informasi tentang Islam disana, lalu saya klik ke Islamonline, di sanalah saya temukan info tentang Islam dan saya temukan jawaban-jawaban yang selama ini saya cari, straightforward, simpel, mudah, jelas koq "...demikian Terry.Akhirnya kututup percakapan dengan Terry dan aku mendapat jawaban, diakhir percakapan ia mengatakan bahwa ia cukup groggi menghadapi Ramadhan. Kami semua meyakinkan bahwa tidak akan membuat kita madharat.JamesGiliran bincang dengan James, anak Abege usinya baru 20 tahun ini, lahir dan dibesarkan di Kilburn, London agak ke barat atau NW, mengaku bahwa kedua orang tuanya Atheis. Disekolah James berteman dengan anak-anak Asia seperti India, Pakistan dan Bangladesh. Dengan sendirinya James terbiasa mendengar istilah dan term-term Islam.Dia memilih mata pelajaran Religion pada saat James menjalani ujian terakhir SMU, A level.

James banyak membaca dan belajar berbagai agama yang multi itu sampai ia sempat belajar filosofi yang cukup berat dan serius.Suatu hari James tersentak benaknya memikirkan kematian. Hal ini betul betul membuat James berfikir dan merenung tentang kematian. Kalau ia bertanya pada Daddy dan Mummynya tentu mereka akan mentertawakan. Sebaliknya James juga berfikir tentang kehidupan. Apa tujuan hidup ini sesungguhnya, lalu kenapa kita mati, setelah mati nanti ada apa.

Hal ini terus merasuk dalam hati dan benak James, saat itu James baru menjelang usia 19 tahun.Dari rasa ingin tahunya, James mencari buku berbagai macam agama, termasuk Islam lalu ia pelajari dengan seksama. James ingat dia memiliki teman Muslim lalu ia bertanya dan bahkan terjadi diskusi dengan teman teman ini.Dengan mudahnya teman-teman Muslimnya menerangkan "Apa itu tujuan hidup dan kematian menurut Islam", yang membuatnya terpana.Tak berkutik.

Apalagi mengingkarinya. Seakan ada semburat cahaya menyentuh galbunya.
"You are so confident mates to give me that explanation, they are all answered " responnya pada temannya yang menerangkan dengan penuh semangat dan mudah diterima oleh nuraninya. James memang tipe pemikir, serius dan cerdas."Well...dari kecil kita terbiasa membicarakan kematian, kemudian juga Al-Quran selalu membicarakan dan mengingatkan kita akan kematian, jadi kita tahu jawabnya" dengan pedenya si teman meyakinkkan James.
"Lalu...orang semacam aku ini mau diapakan, taruh dimana? Menurut Tuhan kalian tidak ada tempat buatku kecuali kalau aku percaya pada Tuhan kalian khan ? ".

Bagaimana kalian bisa meyakinkan Tuhamu itu ? James lemparkan pertanyaan ini pada mereka sambil berfikir seribu kali." Its up to you, mate. Our duty is to give you infomation as you needed it - if you are not satisfy..yeah.. read the book about Islam and Alquran is the best reference', saran sang teman yang bicara dengn aksen cogney, maklum Londoner.Pesan sang teman membuatnya mempelajari Islam lebih dalam. Dia pergi ketoko buku Islam, terus dia gali sampai kepada hal-hal yang berkaitan dengan science..banyak disebutkan didalam Al-Quran tentang ini. Artinya Islam tidak bertentangan bahkan sejalan dan saling mendukung. James berfikir. Dia perlu waktu dan perlu memperdalam Islama hingga betul-betul yakin, sesuai dengan apa yang ia cari dan butuhkan.


"Tak lama James menyatakan dirinya masuk Islam, mengikrarkan dua kalimat syahadat. Ia ke mesjid dihari Sabtu untuk belajar Islam, disanalah ia bertemu dengan Hilal dan rekan lainnya, kini James merasa banyak saudara." Islam is so comprehensive and straightforward " ujar James menyimpulkan pendapatnya.IsmaelPria berasal Polandia ini mengaku baru 8 bulan masuk Islam.Sebelumnya ia memeluk agama Katholik. Di London dia baru 2 bulan. Sengaja migrasi ke Inggris karena di Polandia dia betul betul merasa sendirian. Dia akan dikucilkan oleh teman dan keluarganya kalau mereka tahu bahwa ia memeluk agama baru, agama Islam.

"Disana hampir tidak ada Muslim ..mungkin cuma beberapa gelintir saja, bisa dihitung jari dan itupun sembunyi", paparnya dengan aksen Polishnya."Untuk orang Polandia sendiri Islam dianggap sesuatu yang asing, agamanya orang Arab. Sukar saya mencari orang Polandia beragama Islam..entahlah" ujarnya tak yakin.Ismael merasa betah dan senang bisa berada di UK karena kegiatan Da'wah di London begitu banyaknya, aktif, dinamis sekali dan mudah mencari teman disini. Disamping Inggris adalah negara yang paling toleran di Eropa, menurutnya.Aku temui Ismael di gedung WAMY, disuatu hari Jum'at bersama sister Aaishah, sahabatku asal Afghanistan. Ismael tampak hanief..baik dan sangat santun."Ok brother Ismael kini giliranmu cerita tentang kenapa dan apa yang membuatmu tertarik dengan Islam.." aku mulai menggelitik dia. Is senyum. Nampak keningnya berkerut yang berusaha keras mengingat sesuatu.

"Karena saya katholik.. kita kan percaya dengan yang Trinitas itu..." ia memulai." Naah trinitas itu membuat saya bingung, membuat saya gerah dan galau..bayangkan saya dilarang bertanya apalagi berdebat. Seolah kalau kita diskusi menjadi dosa besar. Sedang trinitas tidak bisa menjawab pertanyaanku, kebingunganku" lanjutnya."Ada pengalaman yang menarik dan berkesan pada saat kamu mencari islam.. ?", aku begitu penasaran."Ohh ada sis..saya sering main main ke perpustakaan, library, pergi ke bagian agama dan saya temukan kitab Al-Quran. Entahlah..saya begitu penasaran. Dengan hati hati saya sentuh sang kitab, sepertinya saya menyentuh kristal yang harus saya handle with care, dengan hati-hati sekali. Saya buka lembar demi lembar. Semula saya bingung, karena harus kita baca dari sebelah kanan..tiba tiba saya tergerak untuk membacanya. Surat pertama yang saya baca adalah surat An-Nahl, ayat 68 - 69 , tentang madu.

Saya baca dan saya tekuni setiap kata dan makna yang sarat. Sangat fenomenal. Mengagumkan. Belum lagi yang lainnya, entah saya merasakan sesuatu usai membaca ayat ini..seakan saya jatuh cinta pada Al-Quran" Is bercerita dengan begitu terharu." Surat Al-Ikhlas sudah pasti menjawab tentang the Oneness of God, Ke-Esaan Tuhan ya sis..artinya trinitas yang membuat saya tidak bahagia terjawablah dengan surat ini" tegasnya. Ismael nampak merasa lega telah menyampaikan pengalaman spiritualnya. Pangalaman luar biasa dalam kehidpuan seseorang yang menemukan Tuhannya." Hemm". Aku meng-iyakan dan setuju banget dengan pendapatnya.Kita semua tak bisa mengelak. Begitu paparan dari Ismael, James dan Terry yang memiliki latar belakang dan cerita berbeda dalam mencari kebenaran hingga ia temukan Islam yang menjadi pilihan mereka. Maha Besar Allah.Baik Terry dan James belum memberitahu orang tua mereka tentang Islam dan agama baru yang mereka anut. Pikirnya pada saatnya mereka akan memberi tahu pada orang tua mereka. Kapan? Pada saat mereka cukup matang tentang Islam itu sendiri dan sampai mereka cukup confident, percaya diri untuk mendeklarasikan agama baru mereka, agam Islam. Usai sejenak sambil mereguk minuman kami." Kamu ada rencana merubah nama atau memiliki nama Muslim" aku iseng bertanya pada Terry.

" Hmm..terfikir siih..I think Terry will match with Tariq isn it kayanya suaranya senada dengan...Tariq ya sis" oh ternyata dia mulai berfikir tentang nama Muslimnya, diiringi senyum. "Wow Tariq.. keren ya nanti sama dengan nama Professor Tarik Ramadan"! tambahnya. Tapi aku menyarankan untuk membiarkan surnamenya, nama keluarga, kalau tidak akan merepotkan. Masalahnya nama-nama yang berbau Islam tengah menjadi sorotan dan menjadi kendala pula. Maklum Islamphobic tengah mewabah paska sebelas September. Setiap kita sepakat. Keep you original name !Bisa kutarik kesimpulan bahwa kendati media tetap gencar menjelekkan Islam ternyata hal ini tidak membuat mereka put off, mundur bahkan sebaliknya.***Lewat persahabatan, dibarengi contoh dan sikap yang menyejukkan, penuh persaudaraan..ternyata cahaya itu telah mampu menerobos, menerpa dinding qalbu para pemiliknya. Aku sangat memahami edan mensupport penuh akan gerak langkah dan kerja sdr Hilaal yang masya Allah sangat bijak untuk memupuk terus para pemeluk baru yang butuh dukungan sepenuhnya. Dengan mudahnya, mereka yang ghirrohnya (semangat berIslam) sedang menggelora, akan dengan mudahnya terperangkap oleh mereka yang mengklaim paling taqwa, paling benar yang menurutku kadang berlebihan.Sedang Allah melarang kita untuk berlaku dan bertindak berlebihan dalam mengaplikasikan agama dan dalam hal lainnya. Islam tidak memberatkan."We do our best sis.." tambahnya.

Hingga Ahad kemarin grup ini sudah mencapai anggota sekitar 50 orang dengan latar belakang yang berbeda tentunya baik warna, ras dan kebangsaan. Untuk menghilangkan penyakit assobiyah group kita sepakat untuk tidak diberi nama apapun. Mereka duduk bersimpuh, menyatu karena 'La illah ha illallah. Muhamamad dar Rasulullah".Cahaya itu telah mampu menerpa celah relung hati-hati mereka, menerobos tembus ke dinding qalbu mereka, cahaya yang tak kenal warna, bangsa, warna dan masa."Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tapi Allah memberi pertunjuk kepada orang yang dikehendakiNya dan Allah lebih mengetahui orang orang-orang yang mau menerima petunjuk" ( Al Qashash ayat 56). 


Allahu alam bisawabLondon, 4 Mei 2006 al_shahida@yahoo.com
Al Shahida penulis rubrik Kabar Dari London"Kabar Dari London" di http://www.swaramuslim.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar