Home

September 30, 2011

C I N T A


Suatu ketika, seorang wanita tampak sedih. Wajahnya kusut masai. Air mukanya letih menahan tangis. Rupanya, ia baru saja kehilangan anak tercintanya untuk selama-lamanya.

Atas petunjuk orang di desa, ia menemui seorang tua bijak di pinggir hutan. Mereka berkata, siapa tahu orang bijak itu dapat membantu menyelesaikan permasalahannya. Karena rasa cinta kepada sang anak, ia berharap dapat segera bertemu orang bijak itu. Ditempuhlah perjalanan yang jauh itu dengan bergegas. Sesampainya di sana, ia bertanya, "Guru, apakah Anda memiliki ramuan ajaib untuk mengembalikan anakku?"

Sang bijak tidak berusaha berargumentasi atau mengusir wanita itu karena permintaan yang tidak masuk akal. Dia cuma bilang, "Carilah bunga merah dari rumah yang tidak mengenal "kesedihan". Setelah menemukan benda itu, kita bisa sama-sama membuat ramuan ajaib untuk menghidupkan putramu." Selesai mendengar itu, wanita itu segera berangkat mencari.

Dalam perjalanan, ia tampak bingung. Tak ada satu petunjuk pun tentang di mana dan bagaimana bentuk rumah itu. Hingga, ia tiba di depan sebuah rumah mewah. “Mungkin, penghuni rumah itu tak pernah mengenal kesedihan,” ucap wanita itu dalam hati. Setelah mengetuk pintu, ia berkata, "Saya mencari rumah yang tidak pernah mengenal kesedihan. Inikah tempatnya?" Wajah sang wanita masih memperlihatkan raut merana.

Dari dalam, terlihat wajah yang tak kalah sedih. Pemilik rumah itu menjawab, "Kamu datang ke rumah yang salah." Pemilik rumah itu bercerita tentang tragedi yang dialami keluarganya. Ia tak hanya kehilangan seorang anak, tapi juga suami dan kedua orangtuanya karena kecelakaan. Sang wanita kecewa.

Namun, ia menjadi larut dengan cerita tuan rumah. Ia berpikir, "Siapa yang bisa membantu orang yang nasibnya lebih malang dari saya ini?" Dia memutuskan untuk tinggal di sana dan menghibur pemilik rumah itu. Beberapa hari lamanya, ia bersama wanita pemilik rumah itu, membantunya menjalani hidup.

Beberapa minggu berlalu, wanita itu pun merasa si tuan rumah sudah terlihat lebih baik. Lalu, ia berangkat lagi mencari rumah berikutnya. Tetapi, kemana pun dia pergi, selalu menemukan kesedihan. Akhirnya, ia lagi-lagi terlibat upaya menghibur semua orang yang dikunjunginya. Hingga, ia pun melupakan misinya.

***

Kita belajar makna cinta dari seorang ibu yang menyusui anaknya dalam gendongan. Kedua belah tangannya sibuk menisik selimut sang bayi. Dalam dadanya tiada sesuatu selain ketulusan memberi atas nama cinta.

Kita belajar makna cinta dari seorang ayah yang membawa pulang sejumput padi dan setuang air setelah seharian berterik-terik di ladang. Dalam dadanya, tiada sesuatu selain kegembiraan memberi atas nama cinta.

Karena cinta bukan hanya sekadar pelukan hangat, belaian lembut, atau kata-kata penuh dayu. Bahkan cinta bukan hanya yang kita rasakan saat jatuh cinta. Kita belajar apa itu cinta dari apa pun yang ada di muka bumi. Dari cahaya matahari. Dari sepasang merpati. Dari sorot mata anak-anak yang menanti pemberian. Dari sujud dan tengadah doa. Dari apa pun!

Pada semua kelahiran yang tersambut dengan cinta, hingga kematian yang terlarung dalam cinta, kita hanya belajar satu hal: cinta. Kehadiran kita dalam hidup ini, tiada lain selain mewujudkan cinta. Karena itu, tiada yang pantas kita lakukan selain atas nama cinta kita yang teragung: cinta buat Yang Maha Agung, Allah Subhanahu wa Ta'ala apa pun keputusan-Nya buat kita, cintalah yang mesti bicara.

Penulis:
Irfan Toni Herlambang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar