Home

Juli 25, 2011

Pembom & Penembak Norwegia Benci Muslim?

Headline

Publik Norwegia syok dengan serangan ganda tindakan Anders Behring Breivik yang menewaskan 93 orang. Menurut tulisannya, ia sebenarnya membenci Muslim. Benarkah?

Polisi menemukan sebuah dokumen manifesto sepanjang 1.500 halaman, yang diduga ditulis oleh pemuda berusia 32 tahun itu dan dipublikasikan secara online. Terakhir, seperti diberitakan Straits Times, ia melakukan perubahan pada manifesto itu pada satu hari sebelum insiden.


Semua bermula saat Breivik masih kecil, saat terjadi Perang Teluk. Seorang kawannya yang Muslim, bersorak gembira saat mendengar laporan serangan rudal terhadap pasukan Amerika. Saat itu, Breivik kecil masih belum terlalu peduli.
“Tapi kurangnya rasa hormat dari kawan itu mengenai budaya saya (dan budaya Barat secara umum), membuat saya tertarik dan mulai memberikan hasrat terhadap masalah ini,” demikian penggalan tulisan Breivik.
Titik puncaknya terjadi saat NATO membom Serbia pada 1999, karena ia bersimpati terhadap Serbia yang ketika itu berusaha menumpas Muslim Albania dari Kosovo. Setahun kemudian, ia sadar apa yang dikatakannya sebagai ‘Islamisasi Eropa’ tak bisa dihentikan secara damai.
Manifesto Breivik berisi pemikirannya yang mendalam mengenai Muslim dan Marxisme yang ditudingnya sebagai penyebab Eropa menjadi multikultur. Beberapa orang yang membaca tulisannya, ada yang berkomentar senada dengan Breivik.
Per September 2009-Oktober 2010, ia memposting lebih dari 70 kali di dokument.co, sebuah situs Norwegia yang memberi pandangan kritis terhadap Islam dan imigrasi. Dalam satu komen, Breivik setuju dengan ide gerakan ‘Tea Party’ ala Eropa.
Di Amerika, ‘Tea Party’ merupakan gerakan konservatif. Desember 2009, Breivik muncul dalam sebuah pertemuan yang digelar staf situs tersebut. “Ia tampak aneh. Dari posting-postingnya, ia banyak membaca namun tak benar-benar mencernanya,” kata Hans Rustad, editor situs tersebut.
Rustad sama sekali tak mengetahui Breivik memiliki rencana untuk melakukan pembunuhan massal. “Banyak orang yang memiliki pandangan sama dengannya, tapi mereka tak menjadi pembunuh massal. Jadi, bagaimana kita bisa tahu?” pungkas Rustad.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar