Home

Agustus 12, 2011

Jelang Akhir Jabatan, SBY Justru Melemah


Guru Besar Ilmu Politik dari Northwestern University USA, Jeffrey Winters menilai saat ini kedudukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tengah melemah, menjelang tiga tahun akhir dari masa jabatannya.
Menurutnya, hal tersebut sebagai sebuah kewajaran karena setelah dua kali masa jabatan seorang Presiden sering kali lemah akibat memikirkan kekuasaannya yang tinggal hitungan waktu.

Melemahnya Presiden SBY ini, ujar Jeffrey, juga disebabkan karena meletusnya Partai Demokrat dari internal partainya sendiri. “Dengan Partai Demokrat meletus dari dalam, justru ini membuat SBY lebih lemah secara lebih cepat. Jadi dipercepat proses untuk melemahkan SBY. Dibanding sebelum kasus ini (kasus Nazaruddin) SBY jauh lebih stabil dan lebih kuat. Sekarang, posisinya lebih lemah,” ujar pria yang fasih berbahasa Indonesia ini, di Rumah Perubahan, Jakarta Pusat, Senin (9/8/2011).
Ia menyebut jika SBY ingin memperkuat dan menjaga kepercayaan rakyat padanya sebelum selesai masa jabatan, ia harus bertindak cepat menyelesaikan indikasi dugaan korupsi dari oknum Partai Demokrat ke ranah hukum.
Ketegasan, lagi-lagi menjadi kunci agar SBY bisa memimpin negara ini. “Selama ini banyak orang menyatakan SBY tidak tegas dalam memerintah. Kalau SBY ingin kembali dengan full power, dia perlu secepatnya membereskan situasi di Partai Demokrat. Di mana ada begitu banyak kasus korupsi yang muncul, dan harus diselesaikan. Kalau tidak brtindak cepat dan keras, malah posisi dia sebagai Presiden untuk sisa jabatannya luntur begitu saja,” paparnya.
Jika SBY, tidak segera bertindak, lanjut Jeffrey, bukan tidak mungkin mengundang kemarahan rakyat. “Indeks muak masyarakat saat ini saya rasa sudah tinggi sekali. Mereka muak dengan keadaan yang terjadi pemerintahan saat ini. Presiden harus segera bertindak,” tukasnya.
Seperti yang diketahui, sejak Partai Demokrat yang mengusung SBY sebagai Presiden, diguncang masalah sejak bergulir kasus dugaan suap pembangunan Wisma Atlet yang dilakukan PT DGI pada Muhammad Nazaruddin, mantan Bendahara Umum partai itu.
Nazaruddin, yang telah kepalang basah, tak mau menanggung sendiri aib tersebut. Melalui pelariannya ke Singapura, sejak 23 Mei 2011, ia menyuarakan pernyataan-pernyataan seputar keterlibatan dan borok kader Demokrat lainnya dalam kasus itu.
Nama Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Andi Mallarangeng dan Mirwan Amir disebut-sebut main dalam mafia anggaran Wisma Atlet.
Nazarruddin, kini telah ditangkap di Kolombia. Namun, nama Partai Demokrat telanjur tercoreng. Apalagi SBY di Partai tersebut menjadi Ketua Dewan Pembina, sehingga partai tersebut dituntut untuk menguak kasus korupsi yang diduga dilakukan para petingginya.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar