Home

Juni 29, 2011

Mengapa Harus Dimulai dari Aqidah

Setiap bangunan memiliki pondasi, dan pondasi agama ini adalah aqidah tauhid yang murni. Bila aqidah sudah benar, maka yang lainnya hanya mengikuti saja. Sebaliknya, bila rusak, maka rusaklah seluruh amalan.
Pembicaraan tentang aqidah dan urgensinya adalah sesuatu yang lebih penting dari setiap yang terpenting. Hal ini karena beberapa sebab.

1. Karena Ia Adalah Tugas Pertama Setiap Nabi dan Rasul
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 
،Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Taghut.،¨ (QS.an-Nahl:36)
Ia juga adalah Dien yang Allah subhanahu wata‘ala ridhai bagi para hamba-Nya sebagai mana firman-Nya, artinya,
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia.” (QS.al- An‘am:153)
2. Karena Ia Merupakan Hak Allah subhanahu wata’ala Yang Diwajibkan-Nya Atas Para Hamba-Nya
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“Hak Allah atas para hamba adalah bahwa hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu pun.” (HR.al-Bukhari)
3. Karena Ia Merupakan Jalan Keselamatan Dari Neraka
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan, La ilaha illallah, yang ia hanya berharap keridhaan Allah.” (HR.Muslim)
4. Karena Ia Merupakan Hal Pertama Yang Wajib Didakwahkan
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam“Hendaklah hal pertama yang kamu dakwahkan kepada mereka, persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Hingga mereka mentauhidkan Allah.” (HR. al-Bukhari).
Ia adalah Millah Nabi Ibrahim alaihissalam yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan dalam firman-Nya, artinya,
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif.
،¨ Dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang memper sekutukan Tuhan.،¨ (QS. an-Nahl:123)
5. Karena Allah subhanahu wata’ala Mengharamkan Siapa Saja Yang Menentangnya
Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya, artinya, “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (QS. al-An،¦am:151)
6. Tidak Ada Keshalihan Kebaikan Bagi Umat Ini Kecuali Dengan Apa Yang Dulu Membuat Generasi Pertama Baik
Generasi pertama dulu baik karena kejernihan aqidah dan keikhlasan hati mereka terhadap Allah subhanahu wata’ala Yang Maha mengetahui hal-hal yang ghaib. Inilah satu-satunya solusi bagi keshalihan (baiknya) umat ini di setiap masa dan tempat.

Aqidah bukan masalah akal semata, tetapi ia adalah kekuatan yang bekerja dan bergerak. Bila mencampuri keceriaan hati, ia akan mengubahnya dalam setiap urusannya, baik dari sisi pandangan dan Talaqqi (pengambilan dari sumber asli); dari sisi amal dan pengarahan atau pun dari sisi kesesuaian prilaku terhadap apa yang ada di dalam hati.

Aqidah ini adalah aqidah para pendahulu umat ini yang telah mengubah para penggembala onta, penggembala kambing, dan penyembah batu dan berhala menjadi para pemimpin yang beriman, yang mengisi dunia dengan keshalihan dan kesuksesan, menyelamatkan umat manusia dari penyembahan terhadap manusia, membawa mereka beribadah kepada Allah Yang Maha Esa dan melepaskan mereka dari kelaliman agama-agama kepada keadilan Islam, dari sempitnya dunia kepada luasnya dunia dan akhirat. Allah subhanahu wata’alaberfirman, artinya,
“Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi yang sudah mati. Sesungguhnya (Tuhan yang berkuasa seperti) demikian benar-benar (kuasa) menghidupkan orang-orang yang telah mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.ar-Rum:50)
Inilah aqidah yang haq, yang karenanya para Rasul diutus, kitab-kitab diturunkan, pasar surga dan neraka berdiri, khalifah terbagi kepada orang-orang Mukmin dan kafir, baik dan keji. Karenanya pula, terjadi bencana dan petaka, didirikannya Millah (agama) dan dilepaskannya pedang dari sarung nya untuk berjihad. Ia adalah hak Allah subhanahu wata’ala atas semua hamba dan karena nya pula, cahaya-cahaya dibagi-bagikan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya,
“(Dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS.an-Nur:40)
Orang yang memperhatikan perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pasti mengetahui secara jelas dan terang bahwa yang pertama kali beliau shallallahu ‘alaihi wasallam serukan adalah dakwah tauhid kepada Allah. Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.” (QS.al-A’raf:59). Hal pertama yang dituntut dari manusia agar diucapkan adalah kalimat tauhid, La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah.
Sungguh kalimat ini merupakan kunci surga, yang dengannya terjaga nya darah dan harta dapat terealisasi. Ia-lah rukun pertama dari rukun-rukun Islam, sedangkan selainnya hanya mengikutinya saja.

Lantas, apa makna kalimat ini? Maknanya yaitu tiada sesembahan yang haq selain Allah. Dengan begitu, semua sesembahan yang batil tidak termasuk di dalamnya.!! Makna inilah yang dipahami oleh para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebab mereka adalah orang-orang Arab paling fasih, manusia-manusia yang paling mengetahui arah-arah (maksud-maksud) ucapan orang-orang Arab.

Namun sangat disayangkan, sebagian Muta’akhkhirin (generasi yang datang belakangan) memahami bahwa makna La ilaha illallaah hanya bermakna ‘Tiada Khaliq (Pencipta) selain Allah, atau ‘Tiada Maujud selain Allah.!?’
Tidak diragukan lagi, bahwa pemahaman seperti ini adalah keliru. Di dalam al-Qu’an terdapat indikasi bahwa orang-orang kafir Quraisy dan sebagian bangsa Arab dulu mengakui bahwa tiada Khaliq selain Allah subhanahu wata’ala dan tiada Pemberi rizki selain Dia. Allah subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,’ tentu mereka akan menjawab, ‘Allah.
،¨(QS.Luqman:25)
Sungguh aneh prilaku manusia-manusia sekarang ini! Mereka mengaku berafiliasi kepada Islam padahal orang-orang kafir Quraisy dulu justru lebih paham dari mereka mengenai makna La ilaha illallah.!?

Dien Allah subhanahu wata’ala yang haq ini berlepas diri dari pemahaman yang keliru seperti ini, sebab ia adalah dien yang agung, mengandung penetapan terhadap ke-uluhiyah-an Allah semata. Hal ini karena tidak ada yang patut disembah selain-Nya, tidak ada tempat bertawakkal kecuali kepada-Nya, tidak ada yang pantas diberikan loyalitas selain-Nya, tidak boleh memusuhi kecuali karena-Nya, tidaklah dijalankan suatu amalan kecuali karena-Nya, tidak ada yang dapat dijadikan hukum kecuali dengan hukum-Nya, tidak boleh ada yang disembelih dan dinadzarkan kecuali untuk-Nya, tidak ada tempat sujud dan berendah diri selain terhadap-Nya. Disertai dengan sikap menetapkan apa yang ditetapkan Allah subhanahu wata’ala untuk diri-Nya berupa asma-asma dan sifat-sifat-Nya, menafikan apa yang dinafikan-Nya dari diri-Nya sesuai dengan hal yang layak bagi-Nya. Kemudian beriman kepada para malaikat, kitab-kitab, para Rasul, Hari Akhir dan takdir dari Allah subhanahu wata’ala, baik mau pun buruk.
Oleh karena itu, kalimat tauhid ini memiliki keutamaan yang agung, yang tidak akan dapat diketahui kecuali oleh orang-orang yang memahaminya dengan sebaik-baiknya, di antaranya, ia adalah simbol iman dan sebab terjaganya jiwa dan harta; ia adalah amalan paling utama, paling berlipat pahalanya, senilai pahala membebaskan budak dan ia adalah penjaga dari setan; ia adalah pemberi rasa aman dari keangkeran kubur dan kengerian Mahsyar; dan kepada orang yang mengatakannya pulalah kelak, Allah subhanahu wata’ala akan melihatnya dan mengabulkan doanya. Semoga kita memahami benar perbendaharaan yang kita miliki dan kebaikan yang sangat besar, yang dianugerahkan Allah kepada kita ini.

Sumber:
Masa’il Hammah Fi Tauhid al-’Ibadah, Muhammad bin Sa’id bin Salim al-Qahthani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar