Home

Mei 23, 2011

Semangat Sang Bocah Kecil Melawan Kanker Mata


Contoh mata pengidap Retinoblastoma (Foto: Google Image)

Muhammad Arif. Itulah nama yang diberikan kedua orangtuanya kepada bocah berusia hampir empat tahun itu. Di usianya yang baru menginjak empat tahun, kesabaran Arif dan orangtuanya telah diuji.

Pertengahan tahun 2010, dokter memvonis Arif menderita kanker mata atau retinoblastoma. Saat dijumpai di Rumah Singgah Pasien Kanker, kawasan Anggrek Nelly Murni, Jakarta Barat, Arif tengah menikmati tidur siangnya didampingi sang ibu, Endang.

Mata sebelah kiri Arif tampak diperban putih. Ya, bersama ibunya, Arif meninggalkan kampung halamannya di Sungai Durian, Pontianak, sejak bulan Juli tahun lalu. "Sudah setengah tahun lebih di sini, karena Arif dirujuk ke Dharmais," ujar Endang.

Awalnya, Endang dan keluarga besarnya shock saat jagoan kecilnya itu divonis menderita kanker mata stadium tiga. Bahkan, dokter pernah memperkirakan Arif hanya akan bertahan selama tiga bulan saja. Kenyataannya? Takdir Tuhan bicara lain. Arif masih bertahan hingga saat ini.

"Semangatnya tinggi sekali. Kami sebagai orangtua, yang tadinya shock langsung tersadar. Arif membutuhkan dukungan kami untuk kesembuhannya," kata ibu tiga anak ini.

Pada mulanya, Endang mengisahkan, keluhan Arif berawal dari adanya sebuah titik hitam di mata kirinya. Titik itu awalnya dianggap bukan sebuah penyakit. Namun, beberapa hari setelah Arif merayakan ulang tahun ketiganya pada 27 Maret 2010, matanya membengkak.

"Saya pikir, apa katarak ya? Satu malam langsung bengkak. Dan dokter bilang sudah kena kanker mata stadium tiga. Hancur hati saya," ujar Endang dengan suara lirih.

Berbagai pengobatan dilakukan, termasuk pengobatan alternatif. Secara medis, dokter menganjurkan agar dilakukan operasi. Akan tetapi, Endang dan suaminya tak kuasa melihat Arif dengan mata yang kian membengkak. Di Pontianak, Arif pun menjalani kemoterapi.

"Setelah dikemo, kempis. Tetapi, tiga bulan kemudian muncul benjolan lagi. Akhirnya dirujuk ke Dharmais," kata Endang.

Lebih Sering Menyerang Anak
Berdasarkan literatur medis, retinoblastoma merupakan jenis kanker yang dimulai dari retina atau lapisan sensitif di dalam mata. Retina terdiri dari jaringan saraf yang merespons cahaya masuk ke mata. Retina mengirimkan sinyal melalui saraf optik ke otak, di mana sinyal diinterpretasikan sebagai gambar.


Kasus retinoblastoma pada umumnya lebih sering ditemukan pada anak-anak. Tanda-tanda terjadinya retinoblastoma, antara lain, warna putih di pusat lingkaran mata (pupil) ketika sinar memantul di mata seperti ketika terkena flash kamera, arah pandangan mata terlihat berbeda satu sama lain (juling), mata kemerahan dan bengkak.

Berdasarkan penjelasan dalam situs Mayo Clinic, retinablastoma timbul ketika terjadi mutasi genetik pada sel saraf retina, yang menyebabkannya terus tumbuh dan melipatgandakan diri. Akumulasi sel ini kemudian membentuk tumor.

Retinoblastoma dapat menyerang ke dalam mata dan jaringan di sekitarnya. Retinoblastoma juga dapat menyebar ke area lain di dalam tubuh, seperti otak dan tulang belakang.

Pada umumnya, tidak jelas apa yang menjadi penyebab retinoblastoma. Tetapi adalah hal yang mungkin jika ini merupakan kondisi bawaan. Mutasi gen yang meningkatkan risiko retinoblastoma dan kanker lain dapat menurun dari orang tua ke anak.

Mata Diangkat
Arif sendiri telah menjalani lima kali kemoterapi di RS Dharmais sejak Juli lalu. Rencananya, setelah kemoterapi ke enam, mata kiri Arif akan diangkat.

"Berat sebenarnya, tetapi kalau itu memang jalan terbaik untuk menghilangkan penyakitnya, kami rela. Arif juga mengatakan, dia ingin sekali sembuh, kembali ke rumah dan bermain dengan kakak-kakak dan teman-temannya," ujar Endang.

Arif, saat terbangun dari tidur siangnya, langsung bergelayut manja pada ibunya. "Bacakan buku cerita lagi," katanya.

Menurut Endang, untuk mengatasi kejenuhan, Arif sering kali meminta dibacakan berbagai buku cerita. "Karena dia enggak punya teman. Tapi, saya salut, dia tidak pernah mengeluh. Saya selalu berdoa, supaya Allah mengabulkan doa saya yang memohon kesembuhannya," kata Endang.

Kepada orangtua yang juga tengah berjuang bagi kesembuhan anaknya, Endang berpesan, agar tak patah semangat. "Anak-anak pasti tidak ingin melihat orangtuanya bersedih karena mereka. Percayalah, semangat dan keyakinan kita juga membantu kesembuhan mereka," ujar Endang.

sumber: 
kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar