“akhwat” apa sih yang akan ada di fikiran kita ketika mendengarkan kata itu? Mungkin pendapat yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, ada yang mengatakan bahwa akhwat adalah seorang wanita yang sukanya menggunakan jilbab besar, lalu ada juga yang mengatakan bahwa akhwat adalah seorang aktivis keislaman, atau bahkan ada juga yang mengatakan bahwa akhwat adalah wanita yang bercadar. Itu semua adalah pendapat-pendapat tentang akhwat yang sering kita dengar di kalangan masyarakat. Terlepas dari pendapat itu semua, maka yang sesungguhnya akhwat adalah adalah saudara wanita yang telah bergeser maknanya menurut kebanyakan orang indonesia, menjadi saudara wanita Muslim karena kata “akhwat” berasal dari bahasa arab dan identik digunakan oleh para wanita di kalangan aktivis Islam di indonesia.
Mungkin menjadi seorang akhwat sekarang ini bukan hal yang tabu lagi, malahan sekarang akhwat banyak diidam-idamkan oleh seorang wanita yang ingin menjadi muslimah yang kafah. Apalagi ikhwan, wah sudah pasti dong ingin mempunyai pasangan hidup seorang akhwat yang taat beribadah, penyantun, ramah, dan lain sebagainya. Sehingga bisa menjadi partner sejatinya hingga di syurga kelak (wiih dalam ya kata-katanya he…)
Lalu timbul dibenak ikhwan tentang akhwat seperti apa sih yang membawanya ke depan pintu syurga nanti? Kemudian seorang akhwat pun akan timbul dalam benaknya juga sebuah pertanyaan, "Wah.. apakah saya termasuk?” mungkin itu adalah sebuah pertanyaan yang sebagian kecil menggambarkan rasa ingin mengetahui tentang akhwat yang diidam-idamkan terebut, karena Allah SWT. menciptakan makhluk-Nya yang bernama wanita ini sungguh istimewa dan luar biasa, sehingga dengan adanya keistimewaan inilah yang menjadikan wanita mempunyai ada dua kubu, yaitu kubu pertama, wanita yang mensyukuri nikmat yang berikan oleh Allah SWT. dengan cara bertaqwa kepada-Nya, inilah embrionya akhwat yang sejati, dan kubu yang kedua adalah wanita yang belum mau untuk mensyukuri nikmat Allah SWT. yang di berikan kepadanya dengan cara melakukan hal-hal yang dimurkai oleh Allah SWT. na’udzubillah.
Ada beberapa ciri-ciri atau kriteria untuk menjadi akhwat sang pengantar ke pintu syurga:
01. Ta’at kepada Allah SWT. dan ta’at kepada Rasul-Nya
“Katakanlah: “Ta’at kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."
Sudah semestinya lah seorang akhwat benar-benar ta’at kepada Allah SWT., ta’at ini bisa diapresiasikan dengan mencintai Allah SWT. melebihi cintanya kepada yang lainnya, patuh menjalankan apa yang dilarang dan diperintahkan oleh-Nya, dan senantiasa memegang amanah yang diberikan oleh Allah SWT. terhadap dirinya, sehingga tidak menjadikan dirinya sombong dan membanggakan diri, ia selalu siap dan langsung memenuhi ketika surat cinta dari Allah SWT. yaitu al-Qur’an memerintahkan suatu hal dan juga menghindari serta memfilter dirinya dari segala hal yang di larang-Nya. Ia selalu mencurahkan hatinya kepada Allah SWT. dengan deraian air mata yang menghiasi wajahnya ketika kebanyakan orang terlelap tidur, bibirnya tidak pernah kering karena dibasahi oleh dzikir kepada Allah SWT., dan ia pun akan selalu menyerahkan dirinya kepada Allah SWT..
Kemudian taat kepada Rasulullah Saw., seorang akhwat haruslah ta’at kepada Rasulullah Saw. dengan cara menteladani apa yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw., ia selalu berusaha untuk seperti Rasulullah Saw. baik ucapan, tindakan ataupun yang lainnya, sehingga terpatri dalam benaknya untuk selalu menjalankan sunnah Rasulullah Saw., ia tak pernah lupa membaca shalawat kepada Nabi setiap saat, dan selalu membaca hadits Nabi Saw. yang nantinya akan diamalkan dikehidupannya.
Ingatkah dengan perkataan “bergaul dengan tukang minyak wangi akan mendapatkan wanginya, sedangkan bergaul dengan tukang pandai besi akan mendapatkan panasnya” dari sini kita akan terbayang, bahwa akhwat yang dapat mengantarkan ikhwan ke pintu gerbang syurga adalah seorang akhwat yang ta’at dan dekat kepada Allah SWT. serta akhwat yang meneladani Rasulullah Saw. sebagai akhlaknya, karena akhwat seperti ini lah yang akan memberikan wangian kepada ikhwan sehingga ikhwan pun akan berusaha ta’at kepada Allah SWT. dan ta’at kepada Rasulullah Saw..
02. Penyabar
Sabar dalam bahasa Arab artinya lapang dada menerima kepahitan, kesulitan dan rintangan tanpa keluh kesah dan jengkel. Bila seseorang menggerutu menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi rintangan. Dia dikatakan tidak sabar.
Bisa banyangkan jika ada seorang wanita yang penyabar dan penyantun di hadapan kita, penuh dengan ketenangan, sorot wajahnya yang begitu penuh dengan makna, maka hati kita pun akan melihat kerendahan hatinya yang akan membuat kita menghormatinya. Ketika ia mendapatkan rizki dari Allah SWT. maka tak lain yang keluar dari ucapannya hanyalah kata bersyukur kepada Allah SWT., tetapi ketika ia di timpa sebuah musibah maka dia akan tabah menajalaninya dengan berhusnudzan kepada Allah SWT., ia yakin di dalam hatinya bahwa apa yang di datangkan dari Allah SWT. adalah sebuah amanah yang harus ia jaga baik-baik dan jangan sampai amanah itu kehilangan jati dirinya, contohnya ketika seseorang itu diuji oleh Allah SWT. dengan suatu cobaan tetapi ia tidak bersabar dan tabah maka yang hanya didapatkannya adalah kesengsaraan dan tersiksa batinnya karena yang ada di dalam kalbunya hanyalah suudzan kepada Allah SWT. padahal sifat ini sangat tercela apalagi sifat suudzan ini dinisbatkan kepada Allah SWT. Sang Maha Pencipata, semoga kita terlindung dari sifat yang demikian.
Banyak orang sulit untuk bersabar, bersabar bukan berarti takut ataupun pasrah tanpa adanya usaha, tetapi sabar di sini adalah sabar yang penuh dengan keyakinan dan tak ada rasa takut ataupun pasrah, sebenarnya apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang bahwa “kesabaran ada batasnya” ini sebenarnya bukan sabar, tetapi lebih condong kepada sabar yang disabar-sabarkan, sehingga ketika kesabaran sudah habis maka marahnya sangat memuncak, bagaikan kita menanak air dengan diberi tutup maka ketika tutup itu di buka lalu asap pun banyak dan menimbulkan hawa panas, begitu pula dengan sabar yang disabar-sabarkan yang akan berakibat kemarahan yang sangat besar. Sabar yang sesungguhnya adalah ada di dalam hati kita, sabar yang tanpa batas dan tanpa waktu, yang akan melahirkan sebuah akhlak karimah yang rendah hati, baik, dan tidak menyombongkan diri.
Begitulah seharusnya seorang akhwat sang pengantar ke pintu syurga dalam hubungan horizontal ia bersabar dan juga dalam hubungan vertikal ia pun bersabar oleh karena itu dalam menjalankan kehidupannya yang penuh dengan lika-liku dan berbagai episode dikelilingi oleh kebahagiaan dan karunia hati yang sungguh mempesona.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar