Telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abu Ali al-Mawarzi Hamzah Ibnul ‘Abbnas, telah menceritakan kepada kami Ali Ibnul Hasan dan ‘Abdan Ibn ‘Utsman mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnul Mubarak dari Abdurrahman Ibn Razin al-Mishri, telah menceritakan kepada kami Abdul Karim Ibnul Harits al-Hadhrami, telah menceritakan kepada kami Abu Idris al-Madini mengatakan:
“Seseorang dari penduduk Madinah bernama Ziyad datang kepada kami. Kami sedang memerangi dari Saqaliyah di negeri Romawi. Kami bertiga, aku, Ziyad dan seorang lagi dari penduduk Madinah mengepung kota. Suatu kali salah seorang dari kami pergi untuk mencari makanan. Ketika itu peluru lontar[1] jatuh pas di dekat Ziyad dan pecahannya mengenai lutut Ziyad sehingga dia pingsan. Aku lalu menariknya. Temanku datang, aku lalu memanggilnya dan kami melewati jalan yang aman dari anak panah dan peluru lontar. Siang itu kami hanya duduk diam, sementara Ziyad tidak bergerak sama sekali. Kemudian serta-merta Ziyad tertawa hingga terlihat gigi gerahamnya! lalu diam!
Kemudian menangis hingga air matanya tumpah! Lalu diam! Kemudian dia diam sesaat dan setelah itu tersadar dan duduk tegak. Dia berkata: “Kenapa aku disini?” kami jawab: “Tidakkah engkau mengetahui apa yang terjadi pada dirimu?” dia menjawab: “Tidak!” Kami katakan: “Tidakkah engkau ingat peluru lontar yang jatuh di sampingmu?” dia menjawab: “Ya! Kami katakan : “Engkau terkena pecahannya hingga engkau jatuh pingsan, kemudian engkau melakukan demikian dan demikian!” dia menjawab: “Benar! Aku akan memberitahukan kepada kalian berdua: “Aku dibawa ke suatu kamar yang terbuat dari mutiara dan intan, aku lalu diantarkan ke tempat tidur yang terbuat dari emas dan terjahit dari benang emas. Di kedua pojok kamar tersebut terdapat dua buah bantal. Setelah aku duduk di atas tempat tidur itu, aku mendengar suara gemerincin perhiasan dari samping kananku. Dari sana keluar seorang gadis.
Aku tidak tahu mana yang lebih indah; kecantikan gadis itu, pakaiannya atau perhiasannya! Dia lalu berjalan ke arah pojok kamar. Dia memberi salam kepadaku dan berkata: “Selamat datang wahai orang yang tidak pernah memohon kami kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, padahal kami tidak seperti fulanah -istrinya-!” ketika dia mengingatkan aku akan istriku dengan ungkapannya, aku tertawa. Dia lalu mendatangiku dan duduk di samping kananku. Aku bertanya kepadanya: “Siapa kamu?” dia menjawab:“Aku adalah madu bagi istrimu!” Ketika aku menjulurkan tanganku untuk menjamahnya, dia berkata: “Tunggu sebentar! Engkau akan mendatangi kami di waktu zhuhur.” Akupun menangis setelah dia selesai bicara. Kemudian aku mendengar lagi suara gemerincing perhiasan dari samping kiriku. Ternyata dari sana keluar juga seorang gadis serupa dengan gadis yang pertama, berbicaranya sama. Aku juga melakukan seperti yang aku lakukan pada gadis yang pertama; aku tertawa ketika dia menyebutkan tentang istriku.
Dia duduk di samping kiriku. Ketika aku menjulurkan tangan untuk menjamahnya, dia mengatakan:
“Tunggu sebentar! Engkau akan mendatangi kami di waktu zhuhur,” maka akupun menangis.” Ziyad terus duduk bersama kami dan berbicara. Ketika terdengar suara adzan, dia terbaring dan mati.” Abdul Karim mengatakan: “Ada seseorang yang menceritakan kisah ini kepada kami dari Abu Idris al-Madini. Kemudian dia mendatangiku dan berkata kepadaku: “Maukah engkau datang kepada Abu Idris dan mendengar langsung darinya?” akupun mendatanginya dan mendengar langsung darinya.”[1]
[1] Sanadnya hasan sampai kepada Abu Idris. Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam kitab al-Jihad, nomor: 145. Sanadnya hasan, hanya saja Abu Idris al-Madini tidak saya ketemukan biografinya.
Sumber:
“Kisah Mereka Yang Hidup Lagi Setelah Mati”, Penulis: Abu Bakar Ibn Abid Dunya (Penerjemah: Team Pustaka Salafiyyah), Penerbit: Pustaka Salafiyah, hal. 75-78.
[1] Sanadnya hasan sampai kepada Abu Idris. Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dalam kitab al-Jihad, nomor: 145. Sanadnya hasan, hanya saja Abu Idris al-Madini tidak saya ketemukan biografinya.
Sumber:
“Kisah Mereka Yang Hidup Lagi Setelah Mati”, Penulis: Abu Bakar Ibn Abid Dunya (Penerjemah: Team Pustaka Salafiyyah), Penerbit: Pustaka Salafiyah, hal. 75-78.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar