Home

Desember 27, 2010

Masa Kalah sama Anjing



Ada kisah menarik untuk kita ikuti, yaitu kisah seorang pemuda yang mengerjai seorang guru ngaji yang sangat sabar. Kisah singkatnya demikian. Di suatu desa ada seorang guru ngaji yang dikenal sangat sabar, tekun, tawadhu terhadap siapapun. Wajahnya begitu lembut dan sahdu memancar kedamaian dari raut muka yang bersih. sorotan matanya tajam tanda begitu dalam akan keilmuannya. Dia disamping sabar juga sangat khusyu’ dalam beribadah. Tak segan-segan dia membantu orang yang sedang membutuhkannya.

Kebaikan dan kesabarannya dikenal oleh semua penduduk kampung. Hingga ahirnya ada seorang pemuda yang telah menyelesaikan strata I (sarjana) yang ingin menguji kesabarannya. Pemuda ini tidak yakin akan kesabaran guru ngaji itu. Sebab, selama pemuda itu belajar di kampus yang dia jumpai malah banyak orang berilmu tetapi sangat egois dan sangat perhitungan baik dengan waktu, tenaga dan materi.


Ahirnya rasa penasaran yang kuat mendorongnya untuk berkunjung ke rumah guru ngaji itu. Sesampainya di sana pemuda itu menyampaikan maksudnya untuk mengundangnya ke rumahnya. Dan guru ngaji itu menyanggupi pemuda itu untuk memenuhi undangannya. Dengan berkata: “insyaallah saya akan datang jika tidak ada udzur” Pemuda itu berkata: “Terima kasih pak ustadz, tapi kalau bisa pak ustadz datang kerumah karena ada hajatan yang sangat penting” tegas pemuda itu.

Setelah tiba waktu yang dijanjikan pak ustadz itupun memenuhi undangan pemuda itu datang ke rumahnya. Tetapi sesampainya di rumahnya , pak ustadz melihat rumah pemuda itu tertutup tidak ada acara hajatan apa-apa. Lalu pak ustadz mengetuk pintu pemuda itu: “ tok….tok…. tok…. “assalamu’alaikum” salam ustadz.

Pemuda itu menjawab: “wa’alaikum salam warahmatullahi wabarokaatuh” dengan membukakan pintu pada pak ustadz. “Ada apa pak ustadz datang kemari?” Tanya pemuda itu pura-pura. Pak ustadz berkata: “Katanya saya diundang kerumahmu ini” pemuda itu menjawab: “Siapa bilang saya mengundang pak ustadz” berkata pak ustadz: “Kalau begitu saya pulang dulu ya, assalamu’alaikum” berlalulah pak ustadz dari hadapan pemuda itu dengan senyum. Dipandanginya pak ustadz itu oleh pemuda itu hingga beberapa puluh meter.

Tetapi tiba-tiba pemuda itu memanggil pak ustadz dengan suara yang keras: “Pak ustadz……. pak ustazd ……. pak ustadz …. tolong kemari sebentar” sambil melambaikan tangannya. Pak ustadz pun kembali menemui pemuda itu. “Ada apa dik kok memanggil saya, apa acaranya jadi?” tanya pak ustadz. “Oh sebenarnya jadi sih ustadz tapi saya belum mengundang orang-orang, jadi ditunda saja pak ustadz ya.” kata pemuda itu menguji pak ustadz. “Kalau begitu saya pamit dulu dik ya? pinta pak ustadz dengan senyum. “Ya silahkan ustadz, maaf ya ustadz tidak marah kan” kata pemuda itu.

Berlalu pak ustadz dari hadapan pemuda itu. Setelah jauh dipanggil lagi pak ustadz oleh pemuda tadi: “Pak ustadz …. pak ustadz…. pak ustadz …… kemari acaranya jadi hari ini tolong kemari!” seru pemuda. Pak ustadz pun menoleh dan bertolak ke rumah pemuda tadi ketiga kalinya.

Sesampainya di hadapan pemuda itu langsung pemuda itu bertanya: “Pak ustadz mengapa ustadz tidak marah saat saya kerjai hingga tiga kali?” Pak ustadz menjawab: “Mengapa saya harus marah, anjing saja jika dipanggil majikannya dengan memukulkan sesuatu tanda akan diberi makan, lalu menghampiri majikannya dan tidak ditemukan makanan, anjing itu diam saja, tidak marah dan tidak menggerutu dan berlalu begitu saja? masak saya yang lebih mulia dari anjing kalah sabar dengan anjing?” Mendengar jawaban pak ustadz tadi, pemuda itu langsung bersimpuh dilutut pak ustadz dan menyatakan diri untuk menjadi santrinya.

Lalu diangkat pundak pemuda itu dan pak ustadz berwasiat:

“Ketahuilah, kemulyaan seseorang itu tidak diukur dari seberapa banyak ilmu yang dikuasainya, bukan pula dari berapa tinggi kedudukan dan gelar yang disandangnya, tetapi kemulyaan seseorang itu terletak pada budi pekertinya yang terpancar dari hati yang bersih dan suci. Belajarlah untuk berhias diri dengan akhlakul karimah dan belajarlah meraba perasaan orang lain, maka kamu benar-benar akan menjadi orang yang sabar dan menjaga kesabaran”.

Insyaallah. Baiklah sekarang kamu boleh mengikuti pengajian-pengajian ditempat saja. Tegas pak ustadz. “Terima kasih pak ustadz, maafkan semua kelancangan untuk menguji kesabaran ustadz dan kini saya percaya dan mengetahui bahwa ustadz benar-benar orang yang sangat sabar” sesal pemuda itu.

Sumber :
http://annajib.wordpress.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar