Home

Februari 14, 2011

Siapa yang Melipat Payung Anda?

129697081614384947 
Ilustrasi/Admin (shutterstock)

Charles Plumb adalah seorang  “Fighter Pilot” atau penerbang pesawat Jet tempur Angkatan Laut Amerika  yang pernah bertugas di Vietnam.   Alkisah, setelah sukses menjalankan misi terbang tempurnya sebanyak 75  sorti saat perang Vietnam itu, pesawatnya tertembak  oleh SAM, Surface-to-air missile, senjata penangkis serangan udara Vietcong.



Plumb, berhasil menyelamatkan diri dengan kursi lontar untuk kemudian dengan parasutnya ia mendarat dengan selamat.   Sangat tidak beruntung, karena mendarat di daerah musuh, maka tentu saja dia ditangkap dan menjalani hukuman 6 tahun sebagai tawanan perang di penjara Vietcong.    Charles Plumb,  berhasil survive menjalani hukuman dan kembali ke Amerika.   Pekerjaannya kini adalah mengajar dan memberikan ceramah tentang pelajaran yang sangat berharga dari bagaimana  seseorang  melakoni tugas negara , berperang sebagai pilot jet tempur, tertembak musuh, ditangkap sebagai tawanan perang selama 6 tahun dan kembali dengan selamat di tanah air. 
Pelajaran berharga tak ternilai yang  harus dibagikannya ke banyak anak-anak muda generasi penerus bangsa.

Satu hari saat Plumb dan isterinya sedang santai duduk di sebuah restoran, seseorang di meja yang tidak jauh disebelahnya, datang menghampiri.   Orang tersebut menyapa : ”Hallo , Anda Charles Plumb ! Pilot Jet tempur berpangkalan di Kapal Induk Kitty Hawk dan pernah tertembak jatuh di Vietnam bukan?” Setengah tertegun, Plumb balik bertanya: ”Bagaimana anda tahu?“.   Dengan tegas dan penuh percaya diri serta diiringi rasa bangga, orang tersebut menjawab : “Saya yang melipat payung parasut anda“ ujarnya dengan diiringi senyum yang merefleksikan rasa tulus hatinya.   Plumb terperangah, dan belum sempat dia berkata sesuatu orang itu menyambung kata-katanya,  “saya pikir parasut anda dapat bekerja dengan baik ?”Serentak,  Plumb langsung menjawab setengah terbata-bata : “tentu saja parasut bekerja baik, sebab bila tidak, maka  saya tidak akan  berada disini sekarang!?”

Malam harinya,  Plumb tidak bisa tidur, memikirkan orang yang menghampirinya siang tadi di Restoran.   Dia mulai berbicara sendiri didalam hatinya: ”tidak habis  pikir siapa dan kayak apa orang itu yang dilihatnya di restoran, pada saat bertugas di kapal?” Dia coba membayangkan seseorang yang mirip dengan orang tersebut, berpakaian pelaut yang khas dengan uniform berwarna putih, celana yang lebar dibawah, mengenakan topi putih berjalan mondar mandir  sepanjang hari bekerja di kapal melayani semua perlengkapan pesawat terbang tempur beserta peralatan keselamatan terbang termasuk melipat parasut.

Lamat-lamat dia pun teringat beberapa wajah yang salah satu diantaranya mungkin saja orang yang menegurnya di restoran siang tadi.   Plumb tertegun sendiri dalam kesenyapan malam, kembali terbayang entah seberapa kali dia pasti berpapasan dengan orang itu di geladak kapal, dan sesering itu pula setiap harinya, satu kali pun, dia tidak pernah menegur atau menyapa dengan sekedar kata-kata selamat pagi, atau siang atau apakabar atau bahkan berkata hallo ?   Sederhana sekali, hanya karena satu sebab saja, bahwa saya kan “fighter pilot” dan mereka itu kan hanya pelaut atau kelasi biasa saja?!   Tiba-tiba saja, dia kemudian menyadari “alangkah sombong” diri nya kala itu, dan sekaligus “alangkah tidak ada apa-apanya” dirinya kala tertembak musuh, berhasil menyelamatkan diri keluar pesawat, kalau parasutnya tidak terlipat dengan baik oleh sang “kelasi”.   Lipatan parasut yang tidak benar , pasti akan menyebabkan payung tidak akan terbuka dan sekaligus nyawanya serta merta akan melayang dan hidup segera berakhir.

Terbayang , sang Kelasi Pelaut yang penuh dedikasi, menghabiskan waktunya berjam-jam disatu meja panjang disalah satu sudut kapal yang panas, melipat payung dengan super hati-hati, untuk sebuah parasut yang nantinya akan digunakan oleh para pilot menyelamatkan diri bila tertembak musuh, yang bahkan dia tidak pernah mengenalnya secara pribadi.   Itulah harga dari penyelamatan nyawa orang lain.   Nyawa orang lain yang belum tentu dikenalnya.   Itulah harga moral dari seseorang dalam menjalani hidup ini.   Mengerjakan satu pekerjaan yang esensinya berkait dengan satu misi yang dapat atau bahkan memang bertugas untuk menyelamatkan jiwa orang lain.   Orang lain yang belum tentu dikenalnya .    Alangkah mulianya pekerjaan itu.

Nah, sekarang , siapa yang melipat payung parasut anda ? Setiap orang pasti memiliki seseorang lain yang memberikan apa-apa yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan yang fana di dunia ini.   Kita semua membutuhkan orang lain yang tidak hanya membantu melipat payung parasut anda  untuk dapat menyelamatkan diri bila tertembak musuh , akan tetapi kita semua juga membutuhkan payung payung lainnya.   Payung fisik, payung emosi, payung mental, payung spiritual, payung lain yang kesemua itu akan berperan sebagai penyelamat dalam membantu saat kita menghadapi mara bahaya, saat kita menghadapi maut !.   Sekali lagi , siapa yang melipat payung anda?

Terkadang, dalam kesibukan menjalani hidup sehari-hari, kita kerap lalai dengan sesuatu yang sebenarnya sangat penting.   Kita terkadang lupa atau bahkan terlalu angkuh untuk mau sekedar berkata , menyapa orang lain dengan halo, atau  silahkan, atau maaf dan juga untuk  menyampaikan terimakasih.   Mengucapkan selamat kepada mereka yang baru saja berhasil menyelesaikan tugas atau pelajarannya dengan sukses.   Atau sekedar berbuat sesuatu yang menyenangkan pada orang lain.   Kita justru terkadang sangat mudah mencerca dan atau bahkan menghina orang lain.   Kita lupa, bahwa mungkin saja salah satu dari mereka itu adalah orang yang “melipat payung anda”, orang yang menyelamatkan jiwa anda.

Saya tuliskan semua ini  sebagai ujud dari rasa terimakasih saya untuk saudara-saudara sekalian para pembaca, yang mungkin saja, saya tidak tahu, bahwa anda adalah salah satu orang yang pernah melipat payung saya ?!   Sekaligus ajakan pada anda semua untuk sesekali bertanya pada diri sendiri :   “Siapa yang melipat payung anda?”

Minggu 6 Februari 2011
Chappy Hakim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar