Home

Februari 14, 2011

Awas, Enterobacter Sakazakii Picu Radang Otak Pada Bayi

Bayi ternyata paling berisiko terinfeksi bakteri enerobacter sakazakii yang ditengarai mengkontaminasi susu formula. Sejumlah penyakit dapat ditimbulkan mulai dari diare hingga radang otak yang berujung pada kematian.


foto: istimewa


Menurut situs Wikipedia, Enterobacter sakazakii merupakan bakteri gram negatif anaerob fakultatif, berbentuk koliform (kokoid), dan tidak membentuk spora. Bakteri ini termasuk dalam family Enterobacteriaceae





Enterobacter sakazakii bukanlah mikroorganisme normal pada saluran pencernaan hewan dan manusia. Diduga, tanah, air, sayuran, tikus, dan lalat merupakan sumber infeksi bakteri ini.

Bakteri ini dapat ditemukan di beberapa lingkungan industri makanan, lingkungan berair, dan sedimen tanah yang lembab.

Oleh karena itu, tak mengherankan bila kabar mengenai beredarnya susu yang tercemar bakteri ini sangat meresahkan warga. Karena infeksi E sakazakii menunjukkan bahwa bakteri ini dapat menyebabkan radang selaput otak dan radang usus pada bayi.

Adapun kelompok bayi yang memiliki risiko tertinggi terinfeksi E sakazakii yaitu neonatus (baru lahir hingga umur 28 hari), bayi dengan gangguan sistem tubuh, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi prematur, dan bayi yang lahir dari ibu yang mengidap human immunodeficiency virus (HIV).

Sementara itu, terkait dengan pengumuman merek susu formula berbakteri oleh Kementerian Kesehatan RI, isu ini kembali mengundang keingintahuan publik. Kabar tercemarnya sejumlah susu formula dengan bakteri E. Sakazakii tentunya meresahkan banyak orangtua.

Penyebaran bakteri

Dikutip dari situs Fakultas Pertanian IPB, Enterobacter sakazakii (dibaca: enterobakter sakazaki-ai) merupakan salah satu patogen gram negatif yang sangat mematikan pada bayi baru lahir, usia 0-6 bulan. Sementara bakteri E. Sakazakii merupakan ancaman bagi bayi berusia 6-12 bulan.

Angka kematian akibat infeksi E. Sakazakii pada bayi baru lahir sangat tinggi sekitar 40-80% terutama pada bayi prematur dan bayi dengan imunitas lebih rendah daripada bayi pada umumnya.

Bakteri ini berada di saluran pencernaan dan ditemukan dalam berbagai produk seperti susu formula, keju, daging, biji-bijian hingga bumbu-bumbuan. Bakteri E. sakazakii berkembang optimal pada kisaran suhu 30-40 derajat Celcius.

Kontaminasi E. Sakazakii pada susu formula diperkirakan terjadi pada saat proses produksi. Bila satu sel bakteri mengkontaminasi, dalam lima hari produk susu tersebut telah mengandung endotoxin yang sangat berbahaya bagi kesehatan bayi. Hal ini, menurut situs tersebut, dibuktikan dari penelitian di seluruh dunia, bukan hanya di IPB.

Hingga kini, berbagai studi terus mencari penyebab kontaminasi susu berbakteri. Diduga, E. Sakazakii mengontaminasi produk susu formula lewat udara. Sehingga, diperlukan mekanisme Hazard Analysis Critical Control Point atau analisis titik penanganan kritis pada bahaya di tingkat produksi susu formula.

Pada penggunaan di rumah, susu bayi pada umumnya disiapkan dengan proses yang minim pemanasan. Biasanya, susu formula hanya dicampur air hangat kuku dengan suhu kurang dari 70C, yang tidak cukup untuk mematikan bakteri ini.

Racun endotoxin bakteri akan menyebabkan diare, enteritis (radang usus), sepsis (keracunan yang disebabkan oleh hasil proses pembusukan), dan meningitis (peradangan pada selaput otak dan sumsum tulang belakang).

Seperti dilansir dari medicastore, Ketua Divisi Gastroenterologi Departemen Pediatrika Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita dr. Eva Jeumpa Soelaeman, Sp.A(K) menjelaskan penyakit akibat infeksi E. sakazakii bisa berakibat fatal jika si penderita terlambat diketahuin dan bisa menimbulkan efek samping seperti cerebral palsy. Kalau kena ke otak, anak bisa cacat seumur hidup.

"E. sakazakii cepat sekali masuk ke otak, karena barrier otaknya tidak bagus. Jadi, prognosisnya buruk kalau tidak cepat diobati dan kalau terlambat diketahui," jelas Eva.

Menurut Eva, antara darah ke otak ada barriernya (disebut sawar darah otak-red). Harusnya barrier ini kuat. Tapi pada bayi atau anak yang masih kecil, apalagi yang daya tahan tubuhnya rendah, barriernya longgar. Jadi kuman bisa langsung tembus ke otak. Beda dengan orang dewasa, sulit sekali kuman masuk ke otak karena barriernya sudah sangat kuat.

Disebutkan, infeksi bakteri akan menyebabkan gejala demam dan diare, yang bukan hanya disebabkan bukan hanya E. sakazakii tetapi juga bisa oleh mikroorganisme lainnya. Bila bayi dan balita mengalami gejala tersebut, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter.

Berikut Tips yang harus dilakukan agar terhindar dari kontaminasi E. sakazakii, salah satunya pada pembuatan susu pembuatan susu formula:

1. Cucilah tangan sebelum membuat susu.
2. Baca instruksi pada kemasan susu. Cara membuat susu harus benar dan sesuai.
3. Air yang digunakan untuk membuat susu harus direbus terlebih dulu.
4. Jangan gunakan air dispenser karena air tersebut tidak direbus.
5. Setelah mendidih, dinginkan air selama 30 menit agar suhunya turun mendekati 70 C.
6. Bersihkan botol yang akan digunakan dengan cara mengocoknya dengan air mendidih.
7. Ke dalam air bersuhu 70 C tersebut tambahkan susu formula sesuai dengan takaran yang dianjurkan.
8. Kocok sampai larut.
9. Dinginkan sampai suam-suam kuku (sekitar 37 C) agar dapat diberikan ke bayi.
10.Susu harus dikonsumsi segera, tidak boleh dibiarkan lebih dari 4 jam.

sumber: 
inilah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar