Home

November 04, 2010

Si Jujur dan Si Berani


Seorang raja yang memasuki usia senja ingin mencari penggantinya. Berbeda dengan kebiasaan, ia tak menunjuk anak – anak maupun pembantu terdekatnya. Ia justru memanggil para pemuda di negeri itu dan berpidato di hadapan mereka.


“Aku akan mengadakan sayembara. Kalian semua akan mendapatkan sebuah biji. Tanamlah biji ini, rawatlah, dan kembalilah setahun lagi dengan tanaman kalian masing – masing. Bagi yang memiliki tananaman terbaik akan langsung kutunjuk menjadi raja menggantikanku!”

Seorang pemuda bernama Badu terlihat amat antusias. Ia menanam biji itu, dan menyiraminya tiap hari. Tapi sampai sebulan berlalu belum tumbuh apa – apa. Setelah 6 bulan, para pemuda mulai membicarakan tanaman mereka yang tumbuh tinggi, namun pot Badu masih kosong. Badu tak mengatakan apapun pada teman – temannya. Ia tetap menunggu bijinya tumbuh.

Setahun berlalu. Semua pemuda membawa tanamannya kepada raja. Semula Badu enggan, namun Ibunya mendorongnya pergi dan berbicara apa adanya. Raja menyambut para pemuda seraya memuji tanaman yang mereka bawa.

“Kerja kalian luar biasa. Tanaman kalian bukan main indahnya. Aku akan menunjuk seorang dari kalian menjadi raja yang baru!”

Tiba – tiba raja yang melihat Badu berdiri di belakang memanggilnya.

Badu panik, “Jangan – jangan aku akan dibunuh,” pikirnya.

Suasana kontan ricuh dengan ejekan dan cemohoan hadirin menyaksikan potnya yang kosong.

“Diam semuanya!” teriak raja.

Ia menoleh pada Badu, kemudian mengumumkan,
“Inilah raja kalian yang baru!” semua terkejut.

Bagaimana mungkin orang yang gagal yang menjadi raja?

Raja melanjutkan, “Setahun yang lalu, aku member kalian sebuah biji untuk ditanam. Tapi yang kuberikan adalah biji yang sudah dimasak dan tak dapat tumbuh. Kalian semua telah menggantinya dengan biji yang lain. Hanya Badu yang memiliki KEJUJURAN dan KEBERANIAN untuk membawa pot dengan biji yang kuberikan. Karena itu dialah yang kuangkat menggantikanku!

**

Sahabat,

Ada 2 kata penting yang dapat diambil dari cerita diatas. Pertama, kejujuran. Inilah dasar perilaku seseorang.

Di jaman Nabi, ada seorang yang bertobat dan ingin menata dirinya.

Tips Nabi sederhana saja : “Jangan Bohong!”

Orang ini senang karena Nabi tak melarang hal – hal yang lain.

“Kalau Cuma jangan bohong sih mudah,”pikirnya.

Maka ia pun melakukan apa yang biasa dilakukannya.

Ia mau mencuri, tapi berpikir,
“Bagaimana kalau tetanggakau menanyakan asal – usul hartaku ini?”

Iapun membatalkan niatnya.
Ia ingin berselingkuh, tapi berpikir, “Bagaimana kalau nanti keluargaku menanyakan kemana aku pergi?”

Lagi – lagi ia mengurungkan niatnya. Begitulah seterusnya. Setiap ingin melakukan maksiat ia kontan membatalkannya.

Jadi kejujuran akan membawa perubahan mendasar pada diri seseorang. Tapi tanpa keberanian, kejujuran takkan membawa perubahan bagi orang banyak. Kejujuran hanya menghasilakan pengikut (follower) bukan pemimpin.

Sesungguhnya kejujuran mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan kepada surga. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku jujur hingga ia disebut shiddiq (orang yang senantiasa jujur). Sedang dusta mengantarkan kepada perilaku menyimpang (dzalim) darn perilaku menyimpang mengantarkan kepada neraka. Sesungguhnya seseorang biasa berlaku dusta hingga ia disebut pendusta besar.

Untaian kata-kata diatas adalah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud RadhiyAllohu ‘anhu yang terhimpun dalam :

1. Kitab Hadits Bukhari, Muslim dan Tirmidzi. (HR Bukhari dalam shahihnya bab Adab subbab 69, jilid VII, hal 95.
2. HR Muslim dalam shahihnya bab Al-Birr subbab 29, hadits nomor 104, jilid IV hal 2012-2013,dan
3. HR Tirmidzi dalam sunannya bab Al-Birr subbab 46 hadits nomor 1971 jilid IV hal 347)

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,bertaqwalah kepada dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur” (QS: At-Taubah: 119). 
Dalam ayat lain, Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Jikalau mereka jujur kepada Alloh, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka” (QS: Muhammad: 21)

Untuk bisa merubah masyarakat dibutuhkan keberanian. Masalahnya, dari manakah datangnya keberanian? Keberanian datang kalau kita mampu menaklukkan rasa takut. Rasa takut inilah sumber segala macam kejahatan di dunia ini. Contohnya, perasaaan marah.

Sebenarnya, hanya jika anda merasa takutlah anda akan marah. Coba renungkan kapan terakhir kali anda marah. Teruskan renungan anda. Telusurilah rasa takut yang tersembunyi di balik kemarahan anda. Apa yang anda takutkan hilang dan direnggut dari diri anda? Ketakutan itulah yang membuat anda marah.

Rasa takut yang ada menunjukkan bahwa kita belum mandiri. Kebahagiaan dan rasa aman kita masih bersumber pada sesuatu di luar diri kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar