Menyaksikan acara Kick Andy di Metro TV, Jumat (9/12) telah mengubah
persepsi saya tentang nasionalisme. Sebelumnya, pikiran sempit saya membatasi
semangat nasionalisme Indonesia itu hanya untuk warga negara Indonesia saja.
Namun, setelah menyaksikan komitmen orang-orang “bule” yang mengabdikan dirinya
untuk Indonesia dengan cara sederhana namun bermanfaat luas di acara itu, mata
saya terbuka.
Nasionalisme Indonesia ternyata tidak dikungkung oleh latarbelakang di
negara mana kita dilahirkan atau dibesarkan. Juga tidak ditentukan oleh
latarbelakang dimana kita tercatat secara sah dalam administrasi
kewarganegaraan suatu negara. Nasionalisme itu ternyata wujudnya sangat
sederhana. Yaitu dengan mencintai dan memberi yang terbaik bagi negeri ini.
Komitmen itu pulalah yang menumbuhkan rasa cinta Chanee pada Indonesia.
Sehingga ia terdorong untuk menjadi warga negara Indonesia. Namun sayang,
dengan berbagai upaya positif yang telah ia tunjukkan di negeri ini, keinginan
itu belum juga terwujud. “Lebih mudah menjadi WNI dengan menjadi pesepakbola,”
ujarnya saat itu. Ungkapan itu entah bekelakar atau mengkritik pemerintahan
biarlah Chanee yang tahu.
Di Pulau Sumatera lain lagi. Nasionalisme itu muncul dalam diri wanita
asal Jerman, Anette. Wanita ini mengaku langsung jatuh cinta ketika memandang
Danau Toba di Provinsi Sumatera Utara. Kecintaannya itu tidak sekedar
ditunjukkan dengan menikmati panorama danau yang konon terbentuk dari letusan
gunung di zaman purba ribuan tahun lalu. Namun, Anette yang telah menyandang
boru Sialagan itu mengabdikan hidupnya untuk kebersihan Danau Toba.
Nasionalisme semacam itulah yang ditunjukkan Chanee pada Indonesia.
Didorong oleh semangatnya melindungi owa-owa (binatang sejenis monyet), ia rela
meninggalkan tanah kelahirannya, Perancis Selatan dan tinggal di pedalaman
Kalimantan. Bayangkan saja, Chanee yang waktu itu masih berusia 16 tahun
nekat-kalau boleh dikatakan nekat- meninggalkan tempat yang menyuguhkan
modernitas lalu hidup di desa yang masih dikelilingi hutan belantara.
Di Kalimantan, Chanee membuat lembaga khusus untuk melindungi hewan khas
daerah. Ia juga merangkul dan mengorganisir masyarakat tempatan untuk memberi
perhatian pada hewan. Hatinya juga tak senang ketika melihat ada hewan di
Kalimantan yang dibantai untuk kepentingan industrial kelapa sawit yang katanya
justru tak ramah pada keanekaragaman hayati negeri ini.
Ia dikenal aktif membersihkan danau dari serbuan tanaman eceng gondok
yang berdampak buruk bagi ekosistem di dalam air. Ia juga terlibat aktif
menginisiasi gerakan sosial untuk tidak membuang sampah ke danau. Karena sikap
buruk itulah yang membuat Danau Toba kotor dan tercemar. Tak cukup sampai
disitu, Anette juga ingin sekali menjadi bagian utuh bagi negeri ini dengan
menjadi WNI. Tapi, meski harapan itu belum terwujud, ia bertekad menghabiskan
sisa hidupnya di dan untuk Danau Toba.
Di Indonesia bagian timur, Andre Graff rela meninggalkan kesenangan
hidupnya sebagai Instruktur balon udara dan pemilik perusahaan pariwisata asal
Perancis demi mengecap penderitaan masyarakat di Pulau Sumba. Hatinya tersentak
dengan aktivitas ibu-ibu yang berjalan mendaki demi mendapatkan air. Lalu
dengan komitmen yang kuat, Andre menunjukkan rasa cintanya pada negeri ini
dengan membuat sumur bagi masyarakat Sumba. Bahkan, dengan keyakinan itu, kini sudah
25 sumur yang berhasil ia hadirkan di Kabupaten Sumba Barat.
Andre memang belum berniat menjadi WNI. Tapi, mimpinya mewujudkan Sumba
menjadi daerah yang berkembang dengan tenang sudah menunjukkan, bahwa Andre
telah mencintai negeri ini. Karena mencintai Sumba sama dengan mencintai
Indonesia.
Lalu bagaimana dengan kita? Sebagai anak bangsa yang terlahir dan
dibesarkan di Indonesia, sudahkan kita memberi yang terbaik untuk negeri ini?
Pernahkan kita merasa tersentak melihat sesuatu yang salah di negeri ini lalu
terdorong untuk memperbaikinya? Atau kita masih menjadi bagian dari orang-orang
yang merasa salut dengan jalan hidup yang dipilih Chanee, Anette dan Andre tapi
enggan meneladaninya.
Mereka yang terlahir di negeri “seberang” sudah menyentil rasa
nasionalisme kita dalam kontek kecintaan dan kepedulian. Bahwa negeri ini belum
sempurna dan butuh partisipasi anak bangsa untuk menopangnya. Masih ada harapan
untuk Indonesia.
menurut ane kita sebagai warga negara indonesia,harusnya lebih mencintai
indonesia,menjaga alam,kebudayaanya,jadi jangan selalu mengagung2kan luar
negri,malulah kita sama bule2..ini yang sangat cinta sama indonesia
Bagaimana dengan agan,masih cinta kah sama indonesia,apa lebih bangga
menjadi negara lain..???
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar