Rusidah kehilangan kedua tangan ketika duduk di bangku sekolah dasar. Namun kata putus asa tidak pernah berada dalam kamusnya.
Rusidah seolah tak ingin lagi bicara soal tangannya. Sekarang dia hanya berpikir bagaimana mengisi hidupnya ke depan. Setelah bisa menamatkan sekolah menengah pertama, Rusidah yang lahir dari keluarga biasa masuk panti rehabilitasi penyandang cacat di Solo, Jawa Tengah. Ia ingin menjadi juru foto. Namun karena tidak lagi punya jari tangan, Rusidah terpaksa memodifikasi sendiri kameranya.
Bersama sang suami yang berjualan es putar, Rusidah mengontrak rumah di Desa Botorejo, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jateng. Rumah kontrakan yang ditempati mereka seperti jadi studio mini.
Kamera yang kini dipakai Rusidah adalah pemberian Pemerintah Daerah Purworejo pada 1995 saat ia baru memulai kiprah sebagai fotografer profesional. Ternyata sejumlah pihak merasa puas dengan kinerja Rusidah. Karenanya wanita yang kini berusia 44 tahun ini, jadi juru foto tetap tim Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang dipimpin istri Bupati Purworejo. Nama Rusidah memang mulai dikenal.
Rusidah bukan hanya lihai mengoperasikan kameranya. Ia juga mampu melaksanakan berbagai tugas sehari-hari di rumah. Termasuk mempersiapkan anak semata wayangnya Nugroho berangkat sekolah.
Semangat Rusidah memang mengundang simpati. Beberapa kali Rusidah menerima bantuan peralatan fotografi. Meski sempat terpinggirkan akibat kemajuan teknologi fotografi yang demikian cepat, Rusidah mampu bangkit kembali. "Saya tak pernah merasa putus asa," katanya, belum lama ini.
Rusidah kini memang sangat menikmati pekerjaannya sebagai juru foto. Salah satu acara yang biasa ditunggunya adalah hunting foto atau berburu foto saat acara kirab di kampungnya. Dan cita-cita wanita berjiwa lapang ini tidak muluk-muluk. "Saya ingin punya studio foto di pinggir jalan," kata Rosidah.(IAN)
Rusidah seolah tak ingin lagi bicara soal tangannya. Sekarang dia hanya berpikir bagaimana mengisi hidupnya ke depan. Setelah bisa menamatkan sekolah menengah pertama, Rusidah yang lahir dari keluarga biasa masuk panti rehabilitasi penyandang cacat di Solo, Jawa Tengah. Ia ingin menjadi juru foto. Namun karena tidak lagi punya jari tangan, Rusidah terpaksa memodifikasi sendiri kameranya.
Bersama sang suami yang berjualan es putar, Rusidah mengontrak rumah di Desa Botorejo, Kecamatan Bayan, Purworejo, Jateng. Rumah kontrakan yang ditempati mereka seperti jadi studio mini.
Kamera yang kini dipakai Rusidah adalah pemberian Pemerintah Daerah Purworejo pada 1995 saat ia baru memulai kiprah sebagai fotografer profesional. Ternyata sejumlah pihak merasa puas dengan kinerja Rusidah. Karenanya wanita yang kini berusia 44 tahun ini, jadi juru foto tetap tim Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang dipimpin istri Bupati Purworejo. Nama Rusidah memang mulai dikenal.
Rusidah bukan hanya lihai mengoperasikan kameranya. Ia juga mampu melaksanakan berbagai tugas sehari-hari di rumah. Termasuk mempersiapkan anak semata wayangnya Nugroho berangkat sekolah.
Semangat Rusidah memang mengundang simpati. Beberapa kali Rusidah menerima bantuan peralatan fotografi. Meski sempat terpinggirkan akibat kemajuan teknologi fotografi yang demikian cepat, Rusidah mampu bangkit kembali. "Saya tak pernah merasa putus asa," katanya, belum lama ini.
Rusidah kini memang sangat menikmati pekerjaannya sebagai juru foto. Salah satu acara yang biasa ditunggunya adalah hunting foto atau berburu foto saat acara kirab di kampungnya. Dan cita-cita wanita berjiwa lapang ini tidak muluk-muluk. "Saya ingin punya studio foto di pinggir jalan," kata Rosidah.(IAN)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar