Home

November 05, 2010

Peranan Media dalam Membodohi Masyarakat


Media masa terutama media televisi sangat berperan dalam rangka pembodohan terhadap rakyat Indonesia. Dari program tayangan televisi di Indonesia, dapat dilihat unsur pendidikan yang diterapkan terutama dalam sinetron. Tayangan sinetron di Indonesia mayoritas mengeksploitasi unsur glamour, kekerasan, cinta, perselingkuhan, pergaulan bebas dan sejenisnya. Sangat sedikit sekali tayangan sinetron yang bersifat mendidik.


Belum lagi tayangan-tayangan bersifat from zero to hero, seperti Indonesian Idol, mamamia, AFI, ABG dan sejenisnya. Tayangan-tayangan yang bersifat from zero to hero ini secara tidak langsung mendidik generasi muda untuk bermimpi menjadi artis. Padahal kalau hanya untuk menjadi artis itu sangat mudah, contohnya kalau ingin jadi artis sinetron, cukup bisa akting menangis, marah, bermuka kejam atau bermuka memelas, maka 90% sudah layak untuk jadi artis sinetron di Indonesia. Atau kalau sekedar ingin masuk dan nampang di berita, cukup jadi penjahat sadis.

Maka saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh Katharine Hepburn:

1. Acting is a nice childish profession - pretending you're someone else and, at the same time, selling yourself.
2. Acting is the most minor of gifts. After all, Shirley Temple could do it when she was four.
3. Acting is the perfect idiot's profession.

Tayangan sinetron anak-anak sekarang lebih parah lagi karena secara tidak langsung menanamkan ke dalam kepribadian anak-anak untuk bersikap apatis, mudah putus asa dan mereka tidak bisa memecahkan persoalan yang dihadapi karena telah tertanam dalam pikiran bawah sadarnya bahwa persoalan bisa di selesaikan cukup dengan sesuatu yang bersifat ajaib. Sehingga tidak ada usaha untuk menyelesaikan permasalahan dengan didasarkan logika yang realistis.

Belum lagi film-film asing yang di dubing, sehingga pemikiran rakyat Indonesia tidak terpacu untuk mempelajari bahasa asing, karena toh seperti di TV, mau orang India, Cina, atau bahkan bule sekalipun sudah bisa ngomong bahasa Indonesia, jadi ngapain harus belajar bahasa lain ?
Dan itu pula yang membuat angka buta huruf di Indonesia masih tinggi yaitu 6,7% dari 220 Juta (data tahun 2004 versi LIPI

Padahal kalau pemerintah memang berniat untuk memberantas kemiskinan di Indonesia, mereka harus bisa memberikan pendidikan yang baik terhadap rakyatnya. Tinggal buat regulasi untuk para penyelenggara TV di Indonesia tentang pelarangan dubing dan diganti dengan tampilan text, maka orang-orang yang buta huruf akan terpacu untuk dapat membaca karena ada keinginan untuk mengetahui alur cerita di film. Dan itu pun dapat mengurangi biaya produksi dari media TV karena tidak perlu membayar orang-orang untuk melakukan dubing.

Dengan menyajikan film-film dengan bahasa aslinya, maka memudahkan orang-orang yang berkeinginan untuk belajar bahasa lain belajar dari film. Atau minimal mereka terbiasa mendengar bahas-bahasa lain sehingga dapat mempercepat proses pembelajaran bahasa lain.

Apa sih yang terpikir oleh seorang mentri pendidikan di Indonesia untuk bisa memajukan bangsa ini melalui unsur pendidikan ?

Kalau saja mentri pendidikan Indonesia menyelami simbol yang di berikan kepada Nabi Muhammad ketika turun ayat Al-Qur'an yang pertama dan diperintahkan untuk IQRA, IQRA, IQRA !!!
Maka bisa dipastikan bahwa budaya membaca itu sangat penting.

"Untuk menguasai dunia kuasailah dengan informasi dan untuk menguasai informasi diperlukan kemampuan berbahasa."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar