Home

Januari 03, 2011

Segala Bentuk Akibat Perbuatan Manusia akan Kembali kepada Dirinya Sendiri

 Assalamu’alaikum Wr.Wb
Kepada para pembaca yang terhormat dan dirahmati Allah SWT dimanapun berada, pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya, karena berkat limpahan rahmad dan karunia-Nyalah kita masih dapat melangsungkan kehidupan di dunia ini dalam rangka melaksanakan berbagai macam aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam kesempatan kali ini, saya akan menampilkan sebuah catatan sederhana yang pada intinya berkaitan dengan segala bentuk perbuatan manusia, yang akan kembali kepada dirinya sendiri, berupa segala yang berkaitan dengan amal baik dan amal buruk yang dilakukannya. 


Di zaman modern ini, telah banyak ditemukan umat manusia yang melakukan segala amal perbuatan buruk (tercela), yang telah berani mengabaikan segala bentuk akibat amal buruk tersebut terhadap dirinya. Tanpa mengetahui dan memperhitungkan segala bentuk akibat yang akan menimpa dirinya di kemudian hari, setelah melakukan berbagai macam amal buruk yang bersifat tercela tersebut.

Firman Allah SWT :
”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.”(Q.S. Al-Israa’ : 7)

Penggalan ayat diatas menunjukkan sebuah prinsip ganjaran perbuatan yang dilakukan oleh manusia dari Allah SWT sebagai hamba-Nya yang tidak akan berubah di dunia maupun di akhirat yang bersifat kekal. Penggalan ayat diatas, merupakan satu kaidah yang menyatakan, bahwa semua perbuatan manusia akan menjadi miliknya sendiri, dengan apapun semua hasil dan konsekuensinya. Juga menegaskan bahwa balasan akan menjadi konsekuensi logis bagi setiap amal perbuatan (baik/buruk). Ungkapan lain dalam hal ini, menjelaskan bahwa suatu ketepatan yang menjadikan dan menuntut manusia harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri, dari segala apa yang telah dilakukannya.

Berhati-Hatilah Terhadap Segala Karunia Allah SWT Yang Telah Dianugerahkan-Nya Kepada Kita Selama Kita Hidup di Dunia Yang Tidak Kekal Ini

Jadi pada dasarnya, dalam menjalani kehidupan di dunia yang tidak kekal ini, siapapun kita dan apapun kita janganlah merasa terbuai, terlena, sombong hingga bertindak dengan semaunya saja atas segala kenikmatan dan anugerah sesaat yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita, seperti : pangkat, jabatan, kepandaian, kekuatan, kesehatan dan sebagainya. Karena, kelak suatu saat nanti di kemudian hari segala bentuk akibat perbuatan kita tersebut, kita sendirilah yang akan menaggungnya. 

Maka daripada itu, hendaklah beberapa hal yang berhubungan dengan perbuatan negatif yang bersifat terlarang menurut Al-Qur’an dan Sunnah berikut harus kita perhatikan selama hidup di dunia yang tidak kekal dan abadi ini, diantaranya:

1. Jangan mencoba-coba bersikap sombong dan meremehkan orang lain, jika anda bersikap sombong dan meremehkan orang lain, janganlah merasa heran apabila suatu saat nanti sebagai buahi perbuatan anda, jika anda : tidak dihormati lagi, tidak dihargai lagi dan bahkan sampai dilecehkan oleh orang lain.

2. Jangan mencoba-coba bersikap zhalim terhadap orang yang dianggap bawahan atau lebih lemah dari anda. Karena, sebagai  akibatnya sudah pasti kezhaliman itu suatu saat akan menimpa diri anda sendiri. Maka, oleh sebab itu waspadailah perbuatan ini, karena dalam dua hadits shahih berikut dapat dilihat sabda Rasulullah SAW mengenai orang yang dizhalimi :
• ”Do’a seseorang yang dizhalimi akan terkabul meskipun dia orang yang jahat hingga kejahatannya menimpa dirinya sendiri”. (H.R. Ahmad)
• ”Waspadalah terhadap do’a orang yang dizhalimi. Sesungguhnya antara dia dengan Allah tidak ada tabir penyekat”. (Mashabih Assunnah)
Selain itu perlu diperhatikan bahwa, bisa saja orang yang tadinya anda anggap lemah rupanya jauh lebih kuat, bahkan teramat sangat kuat dari anda.

3. Jangan merugikan orang lain dan tolong menolong dalam perihal merugikan orang lain. Sebab pada dasarnya sebagai akibatnya, jika anda melakukan perbuatan tersebut, berarti anda telah merugikan diri anda sendiri secara bertahap. 

4. Jangan mencoba-coba meremehkan orang lain atas kekurangannya, dan atas segala kelebihan yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada anda yang bisa anda rasakan saat ini. Sebab bisa jadi orang yang anda remehkan tersebut, rupanya jauh lebih mulia dari anda di mata Allah SWT. Selain itu, bisa jadi suatu saat dialah yang jauh lebih mulia di mata manusia ketimbang anda dan andalah rupanya yang jauh lebih hina dari dirinya di mata manusia. Sungguh teramat sangat menyakitkan akibat yang akan anda rasakan di dalam bathin anda di kemudian hari. 

5. Jangan pernah mencoba-coba mempersulit orang lain dan tolong menolong dalam hal mempersulit orang lain. Sebab, pada suatu saat nanti atas kehendak Allah SWT, akan sangat mungkin sekali apabila anda juga akan dipersulit oleh orang lain yang lebih berkedudukan dan lebih kuat dari anda. Bahkan bukan tidak mungkin pula, jika pada suatu saat nanti anda akan mengalami kesulitan yang jauh lebih berat, daripada kesulitan yang dialami oleh orang lain akibat dari buah perbuatan anda yang tercela.

6. Jangan mencoba-coba berniat keburukkan, kecelakaan dan kehancuran untuk orang lain. Jika anda melakukan perbuatan tersebut, jangan merasa heran bahwa karena pada dasarnya anda telah menghancurkan diri anda sendiri secara bertahap.

Orang Telah Berbuat Salah Itu Sesungguhnya Tidak Akan Luput Dari Adzab Allah SWT, Mereka Hanya Menuggu Kapan Tiba Waktunya Saja

Namun, apabila anda telah pernah dan terlanjur melakukan salah satu atau lebih dari segala bentuk hal-hal yang bersifat terlarang seperti yang telah diuraikan diatas. Perlu diperhatikan, bahwa apabila anda belum merasakan dampak dan akibatnya sekarang, sangat mungkin sekali jika suatu saat hasil dari segala akibat perbuatan anda yang tercela tersebut akan menimpa anda, dan bahkan bisa saja akan menjadi sangat dahsyat sebagai bentuk akibatnya yang akan anda rasakan. Sesuai dengan firman Allah SWT :
”Janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu mengira bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih”.(Q.S. Ali-Imran : 188)
 
Maka, dari ayat diatas bisa saja orang yang telah melakukan amal buruk dalam rangka merugikan orang lain. Misalkan tentang kezhaliman yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain, dibiarkan dahulu oleh Allah SWT, hingga dia bergembira dan merasa aman, dengan berhasilnya dia melakukan amal buruk tersebut. Dimana dalam hal ini, mereka telah menganggap bahwa mereka telah sukses dan berhasil melakukan perbuatan tercela tersebut. Akan tetapi, sebenarnya Allah SWT telah menyiapkan siksaan yang pedih untuk dirinya. Hanya saja si pelaku (penzhalim) tidak menyadarinya, padahal dia hanya menuggu kapan tibanya azab yang pedih tersebut atas dirinya. Tentang hal ini Rasulullah SAW juga telah bersabda dalam sebuah hadits shahih :
”Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menangguhkan azabnya terhadap orang zhalim dan bila mengazabnya, maka mereka tidak akan luput.” (H.R. Muslim) 

Sebagai contoh dan penjelasan lebih dalam dapat dilihat dari ganjaran apa yang dijanjikan Allah SWT, terhadap penguasa zhalim lewat firman-Nya berikut :
”Maka apakah sekiranya jika kamu berkuasa, kamu akan berbuat keusakkan dimuka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan (silahturahim) ? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan (penglihatannya). Maka tidakkah mereka menghayati Al Qur’an, atau apakah hati mereka sudah terkunci ? Sesungguhnya orang-orang yang berbalik (kepada kesalahan) setelah petunjuk itu jelas kepada mereka, setanlah yang merayu mereka dan memanjangkan angan-angan mereka. Yang demikian itu, karena sesungguhnya mereka telah mengatakan kepada orang-orang yang tidak senang kepada apa yang telah diturunkan Allah, ”Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan”, tetapi Allah mengetahui rahasia mereka. Maka bagaimana (nasib mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka, memukul wajah dan punggung mereka”. (Q.S. Muhammad: 22-27)

Dapat kita pahami, bahwasanya dalam ayat diatas Allah SWT telah mengancam para penguasa yang berkuasa secara zhalim dan bersikap secara sewenang-wenang, dengan mempergunakan wibawa kekuasaan yang dimilikinya. Apa yang akan terjadi pada diri mereka, akibat segala perbuatan yang telah dilakukannya dengan sewenang-wenang, tanpa memperhatikan segala perintah dan larangan Allah SWT Yang Maha Merajai yang terdapat dalam Al Qur’an dan segala petunjuk Rasulullah SAW dalam Hadits beliau. Dimana dalam hal ini mereka hanya berkuasa dengan menuruti hawa nafsunya saja yang di sutradarai dan di sponsori oleh iblis dan setan yang terkutuk ? Bahkan selain itu, juga ada diantara mereka yang berani mendustai Allah dengan apa yang telah mereka lakukan. Tetapi Allah tidak akan bisa ditipu sama sekali, karena Allah SWT mengetahui apapun rahasia mereka. Sehingga pada akhirnya, dapat kita lihat bahwasanya Allah SWT telah mengutuknya dan menjanjikan kepada mereka suatu hal yang mengerikan dan menakutkan dengan rasa sakit yang luar biasa, yang sudah pasti akan terjadi pada dirinya, yaitu pada saat mereka menjalani peristiwa yang paling mengerikan dalam akhir hayatnya yang disebut dengan sakratul maut, beserta tekanan-tekanan yang menyeramkan.
 
Hal terpenting yang harus diperhatikan lagi agar kita tidak melakukan amal buruk adalah kita harus menyadari, bahwa setiap manusia pasti akan mati. Maka, kalaupun kita di dunia telah tersiksa akibat segala amal perbuatan kita yang buruk, di akhiratpun kita juga akan diperhitungkan lagi atas segala amal perbuatan kita yang kita lakukan di dunia ini, dengan perhitungan yang seadil-adilnya dihadapan Allah SWT. Atau kalaupun kita tidak mendapatkan balasan akibat segala amal perbuatan buruk kita di dunia in,i bukanlah berarti kita telah selamat dari adzab Allah SWT. Karena di akhirat sudah pasti kita akan menjalani hari pembalasan, dimana pada hari itulah segala perbuatan kita akan dibalas dengan perhitungan yang seadil-adilnya dari Allah SWT Sesuai dengan firman-Nya berikut :
”Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya”.(Q.S. Az-Zalzalah: 8).
Keterangan : Dalam ilmu fisika partikel dapat dilihat, dimensi data berat sebuah zarrah sebagai partikel terkecil (misalkan saja elektron) sekitar 9,11 x 10-31 kg.
 
Sebagai konsekuensi ayat diatas, menyatakan bahwa sekecil apapun setiap amal perbuatan buruk yang kita lakukan, sudah pasti ancamannya berupa azab dari Allah SWT. Kita pandang saja partikel elektron diatas sebagai partikel yang tidak dapat dilihat, diraba dan dirasakan oleh manusia awam, karena dimensinya yang teramat sangat kecil dan ringan sekali. Jadi dapat diamati bahwa dosa seberat zarrah (elektron) saja akan dipertimbangkan seadil-adilnya. Apalagi dosa-dosa besar yang misalkan saja hampir sama beratnya dengan bukit Uhud.

Jadi sebagai saran, apabila anda telah terlanjur melakukan satu atau lebih dari beberapa perbuatan terlarang diatas, maka dengan segeralah bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Kuasa, sebelum anda merasakan akibatnya. Ketahuilah bahwasanya Allah SWT itu Maha Melihat, Maha Pemurah dan Maha Pengampun. Selain itu bersegeralah meminta maaf kepada orang atau pihak yang telah anda rugikan ataupun amda zhalimi. Baik yang tidak anda sengaja apalagi yang telah anda sengaja secara terang-terangan.

Anjuran Berbuat Baik Kepada Sesama Manusia

Selain dari beberapa hal yang telah diuraikan diatas terdapat pula beberapa hal yang mendorong kita agar berbuat baik kepada sesama dalam menjalani kehidupan di dunia yang tidak kekal ini, karena harapan dari dampaknya yang akan menghasilkan pahala dan kebaikkan untuk diri kita sendiri baik di dunia maupun di akhirat kelak, diantaranya :

1. Jika anda berbuat baik terhadap orang lain dan tolong-menolong dalam kebaikan. Sudah pasti anda telah berbuat baik terhadap diri anda sendiri. Maka sangat mungkin sekali, apabila suatu saat orang lain akan berbuat lebih baik pula kepada anda. Jadi, oleh sebab itu berbuat baiklah dan tolong menolong dalam kebaikan kepada sesama manusia, walaupun nilai kebaikkan tersebut sangat kecil, namun disisi Allah SWT tetap akan dinilai sebagai pahala. Sesuai dengan firman Allah SWT berikut :
”Maka barang siapa mengerjakan kebaikkan sebarat zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya.” (Q.S. Az-Zalzalah: 7)
Keterangan: Dalam ilmu fisika partikel, dimensi data berat sebuah zarrah sebagai partikel terkecil (misalkan saja elektron) adalah sekitar 9,11 x 10-31 kg. 

2. Jika anda merasa dirugikan dan dizhalimi, janganlah merasa bersedih dan bila perlu berbuat baiklah kepada orang yang telah merugikan dan menzhalimi anda tersebut. Karena, pada dasarnya orang yang telah merugikan dan menzhalimi anda tersebut, hanyalah seorang manusia bodoh yang hina dihadapan Allah SWT, dimana pada suatu saat dia hanyalah seseorang yang merugi dan bahkan jauh lebih merugi dari anda. Hanya saja karena kebodohannya dia tidak sadar akan adzab yang akan menimpoanya dan yang ditunggunya hanyalah kapan datangnya siksaan dari Allah SWT. Maka sudah sepantasnyalah anda mengasihi orang-orang yang bakal merugi tersebut.

3. Balaslah setiap kejahatan dan segala perbuatan yang bersifat bathil dan tercela yang dilakukan seseorang kepada diri anda dengan kebaikkan, karena jika anda melakukan kebaikkan kepada orang yang berbuat demikian, berarti anda telah memiliki sikap kepahlawanan yang mulia dan terpuji. Justru, jika anda melakukan perbuatan yang bersifat terbaik kepada orang tersebut, sangat memungkinkan jika orang yang telah melakukan perbuatan yang bathil dan tercela kepada anda tersebut, dengan sendirinya akan merasa segan dan malu kepada anda. Bahkan bisa saja suatu saat dia akan setia dan menjadi pembantu bagi anda dalam melakukan berbagai macam kegiatan yang bersifat Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.

4. Tolonglah seseorang dalam hal kebaikkan, walaupun orang tersebut tidak mau menolong anda. Perlu diperhatikan bahwa anda tidak akan bisa memprediksi apa yang akan terjadi dalam kehidupan anda dimasa mendatang. Bisa saja, suatu saat dalam menjalani kehidupan di dunia ini, anda akan menemui kesulitan dari berbagai masalah yang menimpa anda. Maka berkat amal anda yang mulia dengan biasa menolong orang lain dalam perihal kebaikan, Insya Allah suatu saat Allah Yang Maha Perkasa akan memberikan kemudahan bagi anda dalam rangka mencari jalan keluar dari masalah yang menimpa anda.

5. Dan sebagainya dari segala bentuk amal kebaikkan.
Jadi pada akhirnya marilah kita menjauhi dan meninggalkan segala amal buruk dan berlomba-lombalah dalam melakukan amal kebaikkan.

Kesimpulan :

Pada dasarnya inti utama dalam penggalan surat Al-Israa’ ayat 7 diatas, menerangkan segala bentuk akibat perbuatan yang dilakukan oleh manusia terhadap dirinya sendiri (berupa perbuatan baik/buruk), dan disamping itu ayat ini juga membenarkan bahwa adanya hukum karma dalam kehidupan manusia. 

Hukum karma, dapat diartikan sebagai hukuman yang diberikan oleh Allah SWT kepada seseorang yang telah melakukan amal perbuatan buruk (tercela) kepada orang lain yang berkaitan dengan amal perbuatannya yang tidak terbalaskan. Maka, pada dasarnya hukuman ini akan selalu menjadi ancaman bagi manusia yang melakukan amal buruk dalam bentuk apapun yang bersifat tidak terpuji. Jadi pada akhirnya, tidak akan ada artinya apabila seseorang menyalahkan orang lain atau pihak  tertentu, apabila dia mendapatkan balasan atas segala akibat amal perbuatan buruk yang telah dilakukannya. Kalaupun di dunia dia tidak mendapat siksa atas amal buruknya, sudah pasti alam akhirat yang penuh keadilan telah menunggu dengan perhitungan yang seadil-adilnya.

Sekian catatan sederhana ini saya buat, semoga ada manfaatnya bagi kita semua, terutama bagi diri saya sendiri, Insya Allah. Atas segala bentuk kesalahan, kekurangan dan kekhilafan saya mohon maaf yang sedalam-dalamnya.
Wabillahi Taufik Wal Hidayah Wa Ridha Inayyah. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.” 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ucapan Terima Kasih : 

Terima kasih dan salam kepada Bapak Ir. Muhibbullah Azfa Manik, M.T. Karena beliaulah yang pada mulanya membagikan ayat pembuka dari catatan saya ini via statusnya di facebook, yang pada akhirnya jadi inspirasi bagi saya dalam menulis catatan ini.

Post by : Wendra Eka Putra
Sumber :
1) Faridl, Miftah. Dzikir. Penerbit Pustaka Bandung. Bandung : 2006.
2) Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Gema Insani Press. Jakarta : 2003
3) Abul Laits, Al-Faqih. As-Samarqandi. Tanbihul Ghafilin. Pustaka Amani. Jakarta : 1999.

1 komentar:

Saeful Bahri mengatakan...

subhanallah..mohon izin saya sebarkan tulisan ini sangat menyentuh

Posting Komentar